Tak Perlu Menunggu Kekuatan untuk Perbaikan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Kebenaran hanya bisa unggul dengan aset iman dan pertolongan Allah. Tidak dengan tampilan luar dan bentuk fisik. Untuk itulah, menaklukkan Firaun, Haman, Qarun, ahli sihir dan pembesarnya tak memerlukan kekuatan yang sepadan. Tak perlu memiliki kebesaran kerajaan, keberlimpahan kekayaan dan militer yang besar dan kuat yang menyamai kekuatan oligarki kediktatoran terlebih dahulu, baru kemudian menegakkan kebenaran. Kebenaran memiliki jalannya sendiri untuk memenangkannya.
Apakah Nabi Musa menunggu memiliki kekuasaan seperti Firaun? Menyusun ilmu, teknologi dan kekayaan seperti Haman dan Qarun? Semuanya hanya sarana sekunder. Sarana utamanya adalah aqidah, menyampaikan dan proses pendidikan yang tak pernah berhenti.
Para Nabi dan Rasul sering dicemooh oleh pembesar musyrikin dan kafirin karena tak memiliki kekayaan dan keturunan sebanyak mereka. Mereka merasa menjadi orang yang dimuliakan Tuhan dengan fasilitas dan kekuasaan dunia. Apakah dengan kondisi ini para Nabi dan Rasul terdiam? Tak melakukan proses perbaikan?
Allah meneguhkan para Nabi dan Rasul dengan iman. Setiap ada persoalan, para Nabi dan Rasul beribadah dan berdoa. Setelah itu bagaimana Allah memberikan kemenangan tak terduga? Mukjizat, mengazab atau memberikan hidayah kepada kaumnya. Kekuatan yang dahsyat pun menjadi tergolek lemas.
Adakah perlawanan frontal? Adakah pembumihangusan, oleh para Nabi dan Rasul? Tak pernah ada. Nabi Musa dan Harun menghadap Firaun dengan lemah lembut. Bukan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan Mesir.
Para Nabi dan Rasul hanya menyampaikan, setelah itu diserahkan proses kepada Allah. Apakah kaum tersebut akan dihancurkan atau diberi hidayah oleh Allah? Nabi Dawud berperang di arena pertempuran Jalut dan Thalut. Rasulullah saw meladeni peperangan Quraisy setelah mendapatkan persetujuan dari Allah.
Para Nabi dan Rasul melakukan perbaikan terobosan ke dalam jalur medan bidang kehidupan yang ada. Tugasnya hanya menyampaikan setelah itu bertawakal kepada Allah. Biarkan kebenaran menyelusup ke relung hati dan akal. Biarkan fitrah nuraninya menemukan sendiri jalannya.
0 komentar: