Perang Total Sang Penguasa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Perang Total, bila artinya memberangus lawan hingga ke akarnya, ini tidak ada kamusnya dalam perjalanan peperangan Rasulullah saw. Tak boleh membunuh wanita, anak-anak dan orang tua dalam peperangan. Tak boleh menebang pohon dan tumbuhan sembarangan. Taktik perang Rasulullah, hancurkan kekuatan utama lawan dengan meminimalisir korban. Dalam setiap peperangan Rasulullah saw, yang menjadi korban sangat minimal juga pengguna sumber daya di pihak Rasulullah saw pun sangat minimal. Inilah perang yang mengutamakan kecerdikan.
Prinsip tujuan syariah harus tetap terjaga dalam peperangan. Menjaga raga, jiwa, harta, akal, agama dan akal, itulah yang tetap dipelihara dalam peperangan-peperangan Rasulullah saw. Adakah pembunuhan massal terhadap penduduk yang kalah perang? Adakah pemberangusan daerah? Yang dihukum oleh Rasulullah saw hanya tokoh-tokoh tertentu yang secara terbuka memusuhi dan menghina Islam serta memobilisasi massa untuk menghancurkan Islam.
Saat perang Badar hampir seluruh tawanan perang dibebaskan dengan syarat mengajarkan baca-tulis kepada kaum muslimin. Kekuatan musuh diberdayakan untuk membangun umat. Saat pembebasan Mekkah, hanya 8 orang dihukum, sisanya diberikan grasi masal. Adakah dalam perang kuno dan modern yang berakhlak seperti ini dalam peperangan? Grasi inilah yang membuat musuh menjadi penopang pembela Rasulullah saw. Merubah musuh menjadi pembela dengan kelembutan dan kebijaksanaan. Inilah kekuatan pemimpin.
Bila lawan dibungkam dengan penangkapan dan penjara. Bila lawan dibungkam dengan tuduhan, ancaman dan persekusi. Pembungkaman dengan menyodorkan kasus-kasus yang bisa menjeratnya, semua orang bisa. Ini bukan cermin kualitas kepemimpinan. Ini sudah ada sejak jaman purba. Namun menundukkan lawan menjadi pembela dengan moralitas dan akhlak, itulah cermin kepemimpinan.
Jangan mencari pemimpin yang senjatanya menyudutkan, menjatuhkan dan menghinakan lawanya. Saat Rasulullah saw berdebat dengan pemuka Quraisy yang memusuhinya, Rasulullah saw mendengarkan dengan seksama hingga musuhnya menyelesaikan ucapannya, setelah itu Rasulullah saw menjelaskan logika dan prinsipnya.
Bagaimana pemimpin akan mendengarkan suara hati rakyatnya, bila level yang sejajar saja dijatuhkan dan dihinakan. Bagaimana bisa menciptakan perdamaian, bila lawan dianggap musuh yang harus diperangi secara total? Kualitas pemimpin, bisa melihat kebaikan dari lawan lalu diberdayakan untuk membangun kekuatan baru. Seperti itulah yang lakukan oleh Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib dalam menghadapi lawan-lawannya. Lawan menjadi mitra dan berkolaborasi dalam menciptakan kemaslahatan yang baru.
Pemimpin itu rendah hati dan berlapang dada karena yang dihadapi jutaan manusia yang beragam pemikiran dan karakter. Pemimpin yang sudah membuat blok dan peta siapa kawan dan musuh takkan bisa mengelola keberagaman. Pemimpin yang mudah menuduh anti NKRI, anti Bhineka Tunggal Ika, intolernasi, lalu disikapi dengan penjara dan penangkapan, bagaimana bisa menjadi payung sebuah peradaban manusia?
0 komentar: