Mengistighfari Amal
Oleh: Nasruloh Baksolahar
Channel Youtube Dengerin Hati)
Hidup hanya untuk menunggu kematian. Mengapa harus berkiprah di politik, ekonomi dan bidang lainnya? Dalam menunggu kematian kita harus menitipkan kemaslahatan bagi kehidupan ini.
Amal kita di bandingkan dengan perjuangan para Nabi dan Rasul tak ada artinya. Iman seluruh umat manusia bila dibandingkan dengan iman Abu Bakar tak ada artinya. Namun mengapa kita masih membanggakan prestasi dan kesuksesan kita? Semestinya menangisi amal lebih layak dibandingkan membanggakan amal.
Banyak pemimpin yang membesarkan prestasinya, pembangunan, infrastrukturnya dan seolah-olah hanya dialah yang bisa melakukan segalanya. Apakah para Rasul seperti ini? Apakah para pemimpin yang shaleh seperti ini? Apakah para pemimpin adil menyewa para pembuat berita untuk menyebarkan kebaikannya? Mereka lebih banyak beristighfar dengan segala amalnya. Mereka sering menangis karena keburukan prestasinya.
Banyak pemimpin yang baru menjadi imam shalat saja minta diberitakan sebesar-besarnya. Ada pemimpin yang shalatnya harus diekspos menjadi headline semua berita mainstream. Namun Imam Abu Hanifah, yang semalaman shalat sambil menangis tersedu-sedu meminta orang yang melihatnya agar tidak diinformasikan ke orang lain. Agar amal itu menjadi rahasia antara Allah dan dirinya saja. Amal itu untuk disembunyikan bukan untuk dipublikasikan.
Mereka yang pandai memblowup pekerjaan remeh menjadi berita yang mendunia, menandakan kekosongan amal itu sendiri. Menandakan rapuhnya amal. Menandakan tak berguna amal tersebut. Amalnya dibalas tuntas oleh Allah di dunia, sehingga tidak tersisa sedikitpun untuk akhirat. Sungguh tak berguna amalnya. Sungguh tak berarti kehidupannya.
Beramallah dengan bersembunyi. Beramallah di kesunyian dan keheningan. Beramallah dalam kegelapan dari para penulis dan pembuat berita. Karena amal itu bukan untuk menonjolkan kehebatan diri mu tetapi agar tercatat menjadi hamba Allah saja.
Namun terkadang Allah membongkar kebaikan seseorang dihadapan manusia yang sengaja disembunyikan oleh pelakunya. Itu haknya Allah. Seperti Allah yang menyiarkan kiprah para Nabi dan Rasul dengan kitab suci-Nya untuk menjadi tuntunan hidup manusia. Menyembunyikan amal itu lebih nikmat dibandingkan mempublikasikan demi tujuan kebanggaan dan ketenaran diri. Balasan dunia itu tak ada artinya. Mengapa amal yang mulia mau dibalas dengan kehinaan dunia dan popularitas?
Mereka yang hina selalu menikmati kehinaan dunia. Merubah prestasi menjadi popularitas. Merubah karya menjadi pencitraan. Merubah kelelahan kerja hanya dengan decak kagum dari manusia yang tidak bisa memberikan kemaslahatan dan menghindarkan dari keburukan, untuk apa? Namun itulah wajah kita saat ini.
0 komentar: