Energi Rahasia Saat Sakit
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Rasulullah saw mengalami sakit. Nabi Ayub pun diuji dengan sakit. Namun mengapa Firaun tidak pernah mengalami sakit dalam hidupnya? Hamba yang dicintai merasakan sakit. Hamba yang dilaknat justru tak pernah mengalami sakit dalam hidupnya.
Saat sehat maupun sakit harus sama nilai amalnya. Yang berbeda hanya cara menunaikannya. Saat sakit, wudhunya bisa dengan bertayamum. Shalatnya bisa dengan duduk, berbaring dan isyarat. Puasanya bisa diqadha atau dibayar dengan fidyah.
Abu Bakar Asy Syibli saat sakit tetap menjaga wudhunya. Banyak ulama yang terus membaca dan menulis kitab di saat sakit. Utsman bin Affan tetap berpuasa dan membaca Al-Qur'an saat tubuhnya sakit dianiaya para pemberontak. Seorang kiyai di pondok pesantren tak mau membatalkan puasanya di saat sakit. Bagi mereka, berkarya, beramal dan beribadah tak lagi dibatasi oleh sehat dan sakit.
Sehat itu sama dengan sakit. Rukun Islam tetap harus dilaksanakan dalam kondisi sehat maupun sakit, yang berbeda hanya mekanisme dan waktunya saja. Menikmati sehat dan sakit, karena setiap kondisi memiliki keutamaan yang tidak bisa saling menggantikan. Ada kebaikan di saat sehat dan sakit.
Sakit mengandung energi kekuatan. Perhatikan Jenderal Soedirman yang memimpin perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda. Perhatikan Cut Nyak Dien, memimpin perang sabil Aceh walaupun dalam keadaan sakit. Tak ada ide brilian di saat sakit? Bila masih terfokus pada raga, maka sakit menjadi penghalang. Bila terfokus pada ruh, ruh itu tak mengenal sakit. Bisa jadi semakin melambung kebersihannya.
Mengapa banyak ulama yang terus menulis kitab di saat sakit? Sedangkan kita hanya terkapar dipembaringan? Mengapa banyak ulama yang memimpin pertempuran di saat sakit, namun kita tak berguna di saat sakit? Banyak yang menderita penyakit bawaan sejak lahir, namun bisa menjadi hafidz Al-Qur'an?
Sakit itu hanya membatasi gerak raga namun tidak pernah membatasi gerak ruh dan hati. Sakitnya hanya menganggu satu nikmat dari milyaran nikmat yang tak terhingga. Mengapa hidup jadi dibatasi oleh sakit? Ada banyak kiprah yang bisa dilakukan di saat sakit.
Sakit hanya untuk melihat, apakah manusia masih dibatasi oleh raganya? Apakah manusia masih menuhankan raganya? Manusia itu makhluk langit bukan makhluk bumi. Mengapa dibatasi oleh ketidakberdayaan raga?
0 komentar: