Penguasa Tanpa Ulama
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Bila penguasa sudah di batas kezaliman maka lawan yang seimbang adalah ulama. Begitulah zaman selalu bercerita. Setiap hadir pemimpin yang zalim, Allah mengutus para Nabi dan Rasul. Karena Nabi dan Rasul sudah tidak ada lagi, maka Allah menghadirkan ulama untuk meluruskannya. Penguasa sebagai wakil bumi dan ulama sebagai wakil langit.
Sejarah selalu bercerita, kemajuan umat Islam ketika penguasa dan ulama disandingkan sebagai kesejajaran, bukan alat kekuasaan. Ulama sebagai pembimbing dan penggerak, penguasa sebagai eksekutor.
Bila membaca seluruh perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan, kita akan menemukan fakta luar biasa. Dibalik semua perlawanan ada ulama yang mengobarkan, ada ulama yang menggerakkan, ada ulama yang berkorban hingga tetes darah terakhir.
Ulama tak memiliki aparat, dana dan persenjataan. Tetapi ulama memiliki ketersambungan dengan Allah. Ulama memiliki kekuatan yang bisa menyentuh pemikiran dan hati. Penguasa hanya bisa menggerakkan orang yang mabuk terhadap dunia dan kekuasaan. Dengan harta dan jabatan, penguasa menggerakkan rodanya. Mana yang lebih kuat?
Ulama memahami masa lalu dengan sejarah para pendahulunya. Membaca masa depan melalui basyirahnya. Penguasa memahami segalanya dari kepentingan hari ini, hanya melanggengkan kekuasaan. Ulama bahagia bila manusia tunduk pada Allah. Penguasa semakin pongah ketika semua orang mengakui dan menghinakan diri pada kekuasaannya.
Ketika penguasa sudah mengkriminalisasikan ulama, tandanya menghancurkan jiwa kekuatannya sendiri, menghancurkan jantung dan hatinya kekuasaan. Esensi kekuasaan itu keadilan. Adil itu menimbang dengan ilmu, kepahaman dan kebijaksanaan, yang bersumber dari energi Allah Yang Maha Adil dan Bijaksana. Ego kepentingan dan kekuasaan takkan bisa menciptakan keadilan.
Rentang sejarah selalu bercerita, tanpa energi langit semua kekuasaan hanya menghasilkan penindasan dan kezaliman. Akal manusia tak bisa menimbang keadilan. Wahyu Allah yang bisa menciptakan keadilan di muka bumi.
Dalam keadilan ada ketentraman. Dalam kezaliman ada perseteruan. Itulah fitrah manusia yang terrekam dalam sejarah perjalanan manusia. Namun mengapa para penguasa lebih menikmati kezaliman?
Terperosok pada cinta dunia dan kekuasaan, itulah fitnah yang mengepung para penguasa. Bila ulama dimuliakan, maka ulama yang akan mengikis dan meminimalisirkannya. Bila ulama dikriminalisasi, bertanda cinta dunia dan kekuasaan sedang menyelimuti jiwa penguasa.
Penguasa tanpa Ulama, wajah kekuasaan seperti api yang menghanguskan.
0 komentar: