Menonton Dagelan Hidup
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Lihatlah di rumah, semua orang sama saja. Memiliki peran yang sama. Memiliki dasar kehidupan yang sama. Memiliki kebutuhan dasar yang sama. Tapi lihatlah di luar rumah, semua orang sangat beragam dengan sematan dan polesan hidup yang berbeda-beda. Semua berubah menjadi panggung kehidupan dengan lakon peran yang beraneka warna.
Siapkan yang terbaik saat lakon sandiwara dipertunjukkan? Yang berperan sebagai raja, ratu, bangsawan, pejabat dan pengusaha? Hinakah yang berperan sebagai pembantu dan pemulung sampah? Perhatikan dalam tropi penghargaan perfileman, yang dihargai hanya mereka yang terbaik dalam menjalankan lakon kehidupan.
Siapakah yang terbaik versi Sutradara? Siapakah yang terbaik versi penonton? Siapakah yang terbaik versi dewan juri? Yang terbaik hanya yang menjalankan peran kehidupannya. Peran apa yang diarahkan Allah dalam kehidupan ini?
Tampilan di luar rumah, hanyalah dagelan hidup. Yang sesungguhnya hanya ada di rumah. Yang mulia hanya yang bertakwa. Takwa yang harus mengisi ruang dagelan lakon hidup. Ragam dagelan hidup hanya ujian, terpesona dengan dagelan lakon? Apakah terfokus mengisi dagelan lakon dengan takwa?
Bani Israel terpesona dengan dagelan lakon Fir'aun, Qarun dan Haman. Padahal amat lemah saat bumi dan lautan menenggelamkannya. Semua kaum yang terkuat dan terkaya, sangat mudah dihancurkan. Namun jalan hidup yang dipilih justru menapaki apa yang telah mereka jalani.
Semua dagelan lakon hanya untuk saling mengisi agar kehidupan menjadi mudah dan terkoneksi. Namun mengapa justru menjadi barometer mulia dan hina? Semua dagelan lakon hidup merupakan peran yang terbaik bila ada takwa di dalamnya.
Keluarlah dari rumah, perhatikan semua yang berlalu lalang dan ditemui. Bacalah berita dan struktur organisasi, itulah lakon yang diamanatkan oleh Sang Sutradara. Namun semuanya bukan tanda siapakah yang dimuliakan dan dihinakan. Namun persepsi manusia terjebak dalam kukungan ini.
0 komentar: