Menikmati Sajian Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Tidak ada kesulitan dan kesenangan dalam hidup ini. Yang ada hanya kebahagiaan saja.
Tidak ada kesengsaraan dan kenestapaan dalam hidup ini. Yang ada hanya menikmati sajian Allah yang dihidangkan dalam perjalanan hidup kita.
Syekh Abdul Qadir Jailani menggambarkan kehidupan manusia seperti tamu yang memasuki sebuah rumah. Pemilik rumahnya adalah Allah. Tamunya adalah manusia. Apa yang disajikan, apa yang dihidangkan tergantung Allah. Manusia hanya memformulasikan bagaimana setiap hidangan yang disajikan itu dinikmati, karena hanya itulah hidangan yang disajikan.
Manusia yang tak memahami Sifat-sifat-Nya akan berkeluh kesah terhadap semua sajian hidangan Allah. Yang paham, menerima dengan rasa cinta dan ridha, karena ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Allah Maha Tahu tentang kejadian masa depan. Apapun takdir-Nya hari ini merupakan rancangan kebaikan Allah di masa depan bagi setiap manusia. Tugas kita hanya bagaimana menyikapi dengan benar?
Rabiah Al Adawiyah tak paham tentang kesulitan dan kesenangan. Baginya, semua yang berasal dari Allah adalah kebahagiaan. Dia tak peduli dengan surga dan neraka. Yang diharapkan hanya Allah. Umar Bin Abdul Aziz tak peduli dengan semua kejadian yang menimpa, baginya bila semua berasal dari Allah adalah kebaikan.
Andai hidup masih dipilah-pilahkan dengan senang dan sulit, berarti ada masalah kecintaan pada Allah. Andai hidup masih ada kategori kesengsaraan dan kebahagiaan, berarti masih ada masalah dirimu dengan Allah.
Sayid Qutb melihat manusia seperti anak-anak, riang bergembira ketika mendapatkan apa yang inginkan. Namun menangis saat apa yang diinginkan dirampas dan tak didapatkan. Berapa lama hidup Kita? Mengapa masih seperti anak kecil? Tumbuh secara raga, namun tak tumbuh makna hidupnya.
Berkiprah dalam hidup, karena Allah selalu menyaksikan kiprah kita. Berkarya dalam hidup, karena itulah cara bersyukur pada Allah. Berkiprah dengan cara terbaik karena Allah menciptakan kehidupan untuk mengetahui siapa yang berkarya dengan cara sebaik-baiknya. Kehidupan adalah ruang untuk berkarya yang terbaik. Allah akan menganugerahkan kekayaan atau tidak, itu hak preogratif Allah. Untuk apa mempersoalkan hak preogratif Allah? Fokuskan pada yang menjadi medan kehidupan kita.
Apa yang dituntut dari kehidupan ini. Itulah fokus kita. Mengapa harus dipusingkan dengan sulit dan senang? Mengapa harus dipusingkan dengan kaya dan miskin? Mengapa harus dipusingkan dengan beragam status embel-embel yang diciptakan manusia?
0 komentar: