Menghadirkan Syekh Abdul Qadir Jailani
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Menikmati buku-buku Syekh Abdul Qadir Jailani seperti menikmati untaian obat hati. Seperti sedang membaca samudera hati. Seperti sedang memahami jiwa manusia.
Saya mencoba membandingkan tulisan para ulama salaf yang fokus pada pembersihan hati. Syekh Abdul Qadir Jailani, Imam Al Ghazali dan Ibnu Qayim. Ibnu Qayyim sangat teliti dari sisi Syariahnya. Al Ghazali sangat komprehensif mengkaitkan seluruh kiprah manusia. Syekh Abdul Qadir Jailani fokus tentang cinta. Cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah membuka semua rahasia kehidupan. Inilah titik sentral semua kebaikan.
Imam Ibnu Taimiyah memiliki kekaguman sendiri terhadap Syekh Abdul Qadir Jailani. Dia ulama yang penuh dengan karamah. Karamah-Karamah itu datang dari cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah inilah yang menyatukan kaum jelata, ulama dan penguasa berpadu mengusir bangsa Frank dari Baitul Maqdis yang dipimpin oleh Shalahuddin Al Ayubi.
Tak sengaja mendapatkan buku yang berisi ceramah-ceramah syekh Abdul Qadir Jailani di Majlis Ilmunya yang disampaikan dihadapan murid-muridnya. Seakan-akan saya sedang duduk di Majlis Syekh Abdul Qadir Jailani. Seakan sedang mendengarkan lisannya yang bersumber dari hati yang jernih, bersih dan khusyuk. Lisan seperti inilah yang bisa mengobati jiwa yang berkarat dan sekarat.
Tak sengaja mendapatkan buku menyibak rahasia jiwa yang tersembunyi karangan syekh Abdul Qadir Jailani, membacanya seakan tengah membongkar jiwa saya yang kotor dan busuk yang tak pernah saya sadari. Membacanya seakan tengah dibimbing oleh dokter jiwa yang lembut dan penyayang.
Membaca sepak terjang Syekh Abdul Qadir Jailani dalam buku yang ditulis oleh Muhammad Ash Shalabi dalam era pemerintahan bani Saljuk dan Zanky. Membuka wawasan bagaimana beliau berkiprah dalam kancah intelektualitas, jihad, sosial kemasyarakatan dan perbaikan moralitas umat. Begitu komprehensif kiprah beliau. Dari hati yang bersih, dari cinta kepada Allah, dari kecintaan kepada manusia, melahirkan kiprah luar biasa.
Membaca buku para ulama salaf, membaca tulisan yang lahir dari cinta, ikhlas dan khusyuk sangat menembus inti dan dinding jiwa. Revolusi diri berasal dari membaca dan mendengarkan untaian yang berasal dari tulisan dan lisan jiwa-jiwa yang ikhlas.
0 komentar: