Menghadirkan Solusi Dengan Kerendahan Hati
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Ketika masalah menghujam, apa yang pertama kali dilakukan? Berserah dirilah kepada Allah. Akui kebodohan, kelemahan, ketidakberdayaan, kemiskinan kepada Allah. Akui dosa, kesalahan, keburukan diri kepada Allah.
Ketika perang Badar, yang pertama dilakukan Rasulullah saw ada berdoa, "Ya Allah, bila pasukan kecil ini dikalahkan, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini." Setelah itu barulah mengerahkan strategi dan berjuang.
Ketika Rasulullah saw diusir dan disambit batu oleh penduduk Thaif maka yang pertama kali dilakukan adalah memanjatkan doa, "Ku adukan kelemahanku, kekuranganku, kerendahanku. Ku mohon pertolongan dan keridhaan Mu." Setelah itu Rasulullah saw berbincang dengan Zaid bin Haritsah tentang strategi kembali ke Mekkah.
Setelah mengakui kelemahan diri pada Allah, langkah kedua adalah mendengarkan dan menggali ilmu. Ketika Madinah akan dikepung oleh 10.000 pasukan Rasulullah saw meminta pendapat tentang strategi teraman, efisien dan efektif untuk memukul mundur musuh. Ternyata dengan 3.000 personil dan tanpa berperang, 10.000 pasukan terpukul mundur.
Rasulullah saw mendengarkan pendapat para Sahabat pada semua strateginya, padahal Rasulullah saw selalu dibimbing oleh wahyu dari langit? Kecerdasan seorang pemimpin diawali dari menyerahkan diri kepada Allah, mendengarkan dan belajar setelah itu baru bersikap dan mengambil keputusan.
Keberhasilan Abu Bakar Shidiq karena mendengarkan pendapat Umar Bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurahman bin Auf, Abu Ubaidah Bin Jarrah, Saad bin Abi Waqqas dan beberapa asabiquna awalun lainnya. Sumber kecerdasan pemimpin tidak saja bersumber dari dirinya tetapi lebih banyak berasal dari timnya melalui musyawarah.
Mengakui kelemahan diri dan memohon pertolongan Allah, sebuah upaya membeningkan hati agar ilham, ilmu dari Allah masuk kedalam hati. Mendengarkan dan belajar, agar ilmu yang berasal dari dada-dada manusia tergali. Ada kisah, BJ Habibie ketika akan memecahkan masalah krisis ekonomi, membaca berbagai macam buku sebagai referensi. Yang jenius saja masih banyak mendengar dan belajar untuk memecahkan persoalan.
Mengakui kehebatan diri, merasa paling benar dalam membuat solusi adalah dinding yang menghalangi kebrilianan solusi.
0 komentar: