Korupsi Itu Rezeki?
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Apakah yang haram itu rezeki? Apakah yang diperoleh dengan mencuri dan korupsi itu rezeki? Rezeki itu hanya yang halal dan diperoleh dengan cara yang halal.
Andai kaya karena korupsi dan mencuri, maka harta tersebut akan dirampas kembali secara paksa. Dirampas dengan sakit yang parah, bencana dan musibah, bangkrut dan berbagai prilaku yang meludeskan harta tersebut.
Harta haram bagai fatamorgana, dianggap melimpah namun sebentar lagi akan dibenamkan kembali. Akhirnya yang dimiliki hanya sebesar harta yang memang jatah kehidupannya.
Harta haram akan dicabut kembali dan dilenyapkan dengan cara yang tak terduga oleh manusia. Harta haram kelak akan mempermalukan orang yang menghimpunnya. Keberkahan akan lenyap dan tercabut dari akarnya.
Perbuatan mencuri dan korupsi bisa jadi belum terungkap, bukan karena Allah tidak tahu, tetapi Allah menanti apakah pelakunya mau sadar dengan sendirinya? Ketika mencuri dan korupsi bukan lagi sebuah kealfaan, tetapi sebuah sistem yang direkayasa, barulah Allah akan membongkarnya.
Mencuri dan korupsi yang belum terungkap bukan karena Allah tidak tahu, bisa jadi pelakunya masih ada rasa ketakutan, bisa jadi hanya untuk memenuhi kebutuhan primer saja. Namun bila pelakunya sudah sampai muncul kesombongan atas prilakunya, sudah melampaui hal yang primer, maka Allah akan membongkarnya.
Sekali mencuri dan korupsi maka prilaku ini akan terus berulang. Sulit untuk menghentikannya. Karena perbuatan jahat dan buruk itu seperti meminum air laut yang terus haus dan haus sehingga tak bisa untuk dihentikan. Sekali mencuri maka akan lebih mudah untuk mencuri lagi dan korupsi lagi. Desakan mencuri dan korupsi semakin hari akan semakin kuat sehingga menjadi karakternya. Namun mengapa para koruptor lebih banyak yang menjadi pemimpin negri?
Mengapa banyak yang mencuri dan korupsi? Padahal puncak nikmat kekayaan itu hanya decak kagum dan pujian saja? Nikmat kekayaan hanya diberi label hebat saja?
Kaya dan miskin sama saja, karena keduanya bisa merasakan kebahagiaan juga. Bukankah kebahagiaan itu puncak kenikmatan? Apa yang dirasakan oleh si kaya, dirasakan pula oleh si miskin, mengapa harus mencuri dan korupsi?
Mencuri dan korupsi adalah tanda kebodohan, karena selamanya dia tidak akan bisa melampaui kekayaan pihak yang mereka curi. Kekayaannya jadi sangat terbatas. Selamanya dia tidak bisa berinovasi dalam menciptakan kekayaan baru.
Mencuri dan korupsi menjadi penjara jiwa yang sempit dan menghimpit.
0 komentar: