Khusyu Itu Soal Jiwa
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Khusyuk itu tidak terpengaruh oleh lingkungan luar. Khusyuk itu hanya dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan kita saja. Andai kekhusyuan disebabkan lantunan ayat al Qur'an sang imam yang indah, andai karena memahami apa yang dibaca, maka kekhusyuannya belum terpatri dalam jiwa. Karena naik turunnya kekhusyuan tergantung pada sesuatu.
Seorang Sahabat Anshar dipanah oleh musuh saat shalat ketika menjaga tenda Rasulullah saw. Urwah bin Zubair dipotong kakinya karena kanker ketika sedang shalat. Ali bin Abi Thalib dicabut panah dari tubuhnya di saat shalat. Mereka tetap khusyuk. Kekhusyuannya menyebabkan tak terasanya rasa sakit tubuh.
Khusyuk itu ketentraman. Ketika petang Badar akan dimulai, para Sahabat diliputi tidur yang nyenyak. Ketentraman menyelimuti. Sedang musuh diliputi kegelisahan di malam harinya. Saat perang saling berdentangan. Saat kuda dipacu dengan ringkikan dan debu yang membumbung tinggi. Para Sahabat tetap tentram dan tenang. Karena jiwanya sudah terlatih dengan kekhusyuan.
Ketika Rasulullah saw terpojok di gua Tsur saat hijrah. Ketika Madinah terkepung oleh 10.000 pasukan musuh dari seluruh kabilah Arab. Kaum Muslimin yang berjumlah 3.000 tetap tenang. Mereka berkata inilah yang dijanjikan oleh Allah. Khusyuk akan melahirkan ketenangan di situasi yang menghimpit dan terjepit. Khusyuk akan melahirkan ide-ide dan solusi brilian di tengah kekacauan dan kekalutan situasi eksternal yang mencekam.
Bila sudah berhasil khusyuk dalam shalat dalam situasi apa pun. Bila berhasil khusyuk dalam shalat dalam kondisi hiruk-pikuk eksternal dan beratnya pikiran. Maka ketika ada persoalan besar yang dihadapi, kita akan tetap bisa membuat solusi yang tepat dengan bimbingan Allah.
Berjuang untuk khusyuk adalah jihad menyingkirkan bisikan syetan dan kekalutan jiwa. Berjuang menghadirkan Allah dalam shalat. Shalat adalah pelatihan kecil agar tetap tentram untuk mengarungi kehidupan yang carut marut. Andai tak bisa khusyuk dalam shalat, maka kita pun takkan bisa mengelola carut marutnya kehidupan.
0 komentar: