Kesyahduan Dzikir di Sawah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Berkarya di kesunyian. Berinteraksi dengan alam, tumbuhan, hewan dan para petani di sawah. Adakah keindahan dan kebahagiaan selain ini? Berinteraksi dengan Al-Qur'an, setelah berinteraksi dengan alam dan sejarah, sebuah upaya pendalaman pemahaman yang semakin terasa.
Terasa bahagia saat melihat seekor semut membawa sisa-sisa makanan di sawah. Terasa bahagia saat bertemu dengan cacing tanah, ulat, kupu-kupu, hama dan binatang lain yang sedang hidup di alamnya. Terasa bahagia saat binatang malam memakan buah-buahan.
Alam telah banyak dirusak dengan dalih produktivitas hasil panen. Alam telah banyak dihancurkan dengan dalih menyuburkan tanah dan menjaga tanaman. Persoalan kerusakan ini karena kemalasan untuk mengetahui hukum berpasangan dan keseimbangan di alam. Padahal semuanya tersedia gratis di alam.
Semakin banyak binatang yang hidup di semua lahan pertanian, bukankah semakin subur? Bukankah semakin banyak sedekah? Bukankah makin banyak yang bertasbih dan berdzikir kepada Allah? Bukankah semakin banyak yang berdoa agar hujan turun? Bukankah semakin banyak yang menundukkan diri kepada Allah?
Berapa yang mendapatkan manfaat dari bisnis yang dijalankan? Sejumlah karyawan dan keluarganya. Berapa yang mendapatkan manfaat dari sebuah lahan yang dikelola dengan alami? Seluruh makhluk yang hidup di lahan tersebut. Berapa banyakkah?
Berapa banyak hama dan gulam yang hidup? Berapa banyak makhluk di bawah lahan dan di atasnya yang hidup? Berapa banyak air yang terserap ke bumi lalu menjadi mata air? Berapa banyak oksigen yang dihasilkan? Berapa banyak yang bisa menekankan iklim pemanasan global?
Sebuah cangkul, garpu dan parang, ternyata bisa menjadi sarana ke Surga. Menjadi amal takwa di kesunyian alam yang ditinggalkan dan dirusak oleh manusia.
0 komentar: