Kesadaran Matematis, Syukur
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Awali hari dengan bersyukur. Bersyukur karena ditakdirkan sebagai manusia. Bersyukur karena ditakdirkan lahir dari orang tua yang muslim. Bersyukur ditakdirkan lahir di akhir zaman sebagai umat nabi Muhammad saw. Andai tidak ada nikmat selain itu, sudah cukup untuk menggugah rasa syukur kepada Allah. Andai ketiga nikmat tersebut belum membangkitkan rasa syukur, segeralah periksa isi hatimu.
Andai hari ini Allah masih mengembalikan ruh ke jasad. Andai hari ini masih bisa terbangun dari tidur lalu berdoa. Andai pagi ini masih menikmati kehidupan. Menghirup kesegaran udara pagi. Melakukan shalat subuh berjamaah. Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur. Masih bisa hidup adalah nikmat. Berapa banyak berita kematian di pagi hari? Bisa berdoa dan shalat adalah nikmat. Berapa banyak yang dikunci mata hatinya oleh Allah? Berapa banyak yang hatinya dipalingkan dari Allah?
Andai bangun pagi masih bisa berdiri dan berjalan. Andai pagi hari masih bisa melangkahkan kaki. Mari melihat mereka yang terbaring karena sakit. Mari melihat mereka yang terbaring di rumah sakit. Mari melihat mereka yang hidupnya dalam kukungan penjara. Bisa berdiri itu nikmat. Bisa berjalan itu nikmat. Bisa mengeluarkan kotoran dari dalam tubuh adalah nikmat. Andai semua tak membangkitkan rasa syukur, maka kita tak tergolong sebagai hamba yang bersyukur.
Bersyukur itu soal merasakan nikmat. Bersyukur itu tentang kesadaran matematis, kesadaran menghitung nikmat. Adakah rasa? Adakah kesadaran nikmat? Kesadaran akan nikmat sebelum melahirkan syukur. Hidup ini adalah curahan kasih sayang Allah. Hidup ini adalah limpahan Rahman-Rahim-Nya Allah. Hidup ini adalah anugerah Allah agar manusia merasakan dan menikmati apa yang ada di jagat raya sebelum memasuki nikmat surga.
Hidup ini adalah pemberian Allah. Setiap pemberian-Nya adalah kebaikan. Yang tak menyadari konsep ini, maka sampai kapan pun takkan bisa bersyukur. Nafas adalah pemberian Allah. Waktu adalah pemberian Allah. Makan, minum, tidur, berbaring, duduk, berdiri adalah pemberian Allah. Berapa banyak yang makanan dan minuman berlimpah terhidang dihadapannya tetapi tidak bisa makan dan minum? Berapa banyak yang tidak bisa tidur padahal dirinya ingin tidur? Berapa banyak yang ingin berbaring, duduk, dan berjalan tetapi tak bisa melakukannya? Apakah ini soal kekuatan dan kemauan kita? Ini soal pemberian Allah.
Berapa banyak yang uang dan kekayaan berlimpah, dokter spesialis menjaga dan merawatnya, namun berbaring lemah di kursi dan pembaringan? Kesehatan tak bisa dibeli. Itulah keterhalangan dirinya terhadap apa yang dimilikinya. Jadi hidup ini adalah pemberian Allah. Allahlah yang melapangkan. Allahlah yang menganugerahkan. Allahlah yang mencurahkan. Allahlah yang menciptakan kehidupan. Manusia hanya tinggal menikmatinya saja. Andai rasa ini tidak ada. Andai kesadaran ini tidak ada. Sampai kapan pun kita tak bisa bersyukur.
Ikatlah nikmat dengan bersyukur. Akses untuk mendapat nikmat yang lebih berlimpah ruah adalah dengan bersyukur. Keterhalangan terbesar, benteng kokoh yang membatasi diri dengan nikmat adalah rasa tidak bersyukur. Syukur adalah magnet yang akan menarik nikmat. Syukur adalah inti atom yang seluruh nikmat akan diikat dan mengitarinya. Keberlimpahan nikmat dengan menghadirkan syukur. Syukurlah yang membuat seluruh nikmat datang merunduk. Syukurlah yang membuat seluruh nikmat mengejarmu.
0 komentar: