Kemudahan Rezeki dan Kehancuran Bangsa
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Rezeki tak berkaitan dengan kepintaran, keturunan, sekolah dan gelar. Rezeki berkaitan dengan sikap mental.
Allah memaparkan kaitan sikap mental dengan keberlimpahan rezeki dan kemakmuran dibeberapa ayat. Surat Nuh ayat 10-12, dengan istighfar Allah akan memperbanyak harta, anak, kebun-kebun, dan dimunculkannya mata air dan sungai.
Dalam Al A'raaf ayat 96, Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi. Dalam Al Maidah ayat 65-66, Allah akan memberikan makanan dari atas dan bawah kaki manusia. Dalam Huud ayat 2-3, Allah akan memberikan kenikmatan yang baik terus-menerus hingga waktu yang tentukan. Sangat mudahnya rezeki itu mengalir dan berlimpah. Namun mengapa terasa rezeki itu sempit?
Sayid Qutb dalam tafsir Fizilalil Quran mengatakan bahwa kaidah yang ditetapkan oleh Al Qur'an dalam beberapa tempat yang terpisah menunjukkan sebuah kaidah yang tepat, yang menjadi tumpuan sebab-sebab segala sesuatu yang dijanjikan Allah dan sunnah kehidupan, sebagaimana kenyataan praktis yang dapat disaksikan realisasinya sepanjang masa.
Bagaimana sebuah kemakmuran yang tidak didasari oleh istighfar dan takwa? Ini sebuah penjerumusan oleh Allah. Menurut Sayid Qutb, kemakmuran seperti ini pada akhirnya terserang penyakit, dimakan bencana krisis sosial, krisis moral, kezaliman, kesewenangan dan pelecehan terhadap harkat manusia.
Barat dengan kemakmurannya, masyarakatnya mengalami krisis moral hingga ke tingkatan yang lebih rendah dari binatang. Sedang komunis, nilai kemanusiaan melorot ketingkat lebih rendah daripada budak, kehidupannya selalu diawasi mata-mata, hidup dalam ketakutan dan pembantaian yang berkepanjangan. Begitulah Sayid Qutb menjelaskannya.
Berbagai bangsa dan negri sudah hancur dengan kemakmuran tanpa dasar istighfar dan takwa. Berbagai bangsa dan negri hancur dalam kemiskinan tanpa dasar istighfar dan takwa. Tanpa dasar istighfar dan takwa, baik kemakmuran dan kemiskinan akan menghancurkan baik itu umat, bangsa maupun pribadi. Itulah hukum kehidupan.
Betapa mudahnya manusia untuk hidup makmur dalam ketentraman dan keamanan. Betapa mudahnya manusia hidup sejahtera dalam perlindungan Allah, namun mengapa memilih jalan dengan pengingkaran dan perlawanan terhadap Allah?
0 komentar: