Kekuasaan Yang Dikutuk Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Penyakit kekuasaan adalah membuat kerusakan dan menghancurkan rasa kekeluargaan. Kutukan Allah berikutnya, pendengarannya tuli dan matanya buta. Kedengkian terus menyelimuti dan siap menerkam untuk menghancurkan.
Bagaimana membatasi berbagai kerusakan kekuasaan? Muncullah berbagai ijtihad sistem kekuasaan dan pemerintahan. Perhatikan sistem pemerintahan di era Khalifatur Rasyidin. Perhatikan bagaimana Umar bin Abdul Aziz, Harun Al Rasyid, Nurudin Zanky, Shalahuddin Al Ayubi dan Muhammad Al Fatih mengelola kekuasaannya. Perhatikan Imam Abu Yusuf, Mawardi, Ibnu Khaldun, dan berbagai Fuqaha berijtihad dalam model kekuasaan.
Bagaimana meminimalisir putusnya tali kekeluargaan? Perhatikan sistem alih kekuasaan dan orang-orang yang layak berkuasa dari era Rasulullah saw ke Khalifatur Rasyidin, dari Hasan bin Ali ke Muawiyah bin Abu Sofyan. Perebutan kekuasaan dan pengaruh, perang, saling bunuh, umbar kebencian, perselisihan dan perseteruan terus mewaranai hingga tak peduli lagi soal tali kekeluargaan dan kebersamaan.
Bila berbagai sistem kekuasaan dilabrak, maka Allah akan mengutuknya dengan dicabutnya kepekaan pendengaran dan penglihatan. Kediktatoran adalah kutukan Allah pada penguasa. Kritik dan saran dibungkam dengan penjara. Realitas sosial dan kemasyarakatan yang semakin parah tak pernah diperbaiki walaupun telah banyak yang menyuarakan. Inilah kutukan Allah pada penguasa.
Mengapa tuli dan butanya kekuasaan merupakan kutukan dari Allah? Bagi rakyat, kesulitan hidup yang paling sulit bukan bencana alam, tetapi kekuasaan yang membenci rakyatnya sendiri. Sejarah selalu mencatat, kemarau dan paceklik terparah, kemiskinan yang membuat tak ada lagi yang bisa dikonsumsi, hilangnya mata air, disebabkan oleh kekuasaan yang membenci rakyatnya sendiri.
Mengapa buta dan tulinya kekuasaan merupakan kutukan Allah? Karena rakyat hanya jadi budak-budak kekuasaan, alat kekuasaan untuk kepentingan penguasa. Perhatikan saat perang Paregreg? Perhatikan saat Belanda mencanangkan Tanam Paksa dan adu domba? Sekarang?
Kutukan Allah berikutnya setelah buta dan tulinya kekuasaan adalah meratanya kedengkian. Amankah kekuasaan bila kedengkian merata? Bisakah ketentraman jiwa tercipta saat kedengkian menjadi karakter kekuasaan? Bagaimana bila seluruh lapisan dari level penguasa hingga rakyat jelata penuh kedengkian? Kehancuran dan panjangnya penderitaan sangat luar biasa.
Allah akan memunculkan dan menampilkan kedengkian dengan sangat jelas dan terbuka hingga di ranah publik. Kedengkiannya sangat jelas dari tutur kata, komentar, perbincangan hingga pemberitaan massal. Hingga Allah berfirman, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an atau di hatinya penuh penyakit?
Bangsa yang sudah dikutuk Allah, tidak ada karya besar yang dihasilkan, tidak ada pembangunan yang bermanfaat, tak ada perbaikan yang bisa dilakukan, mereka sibuk dengan pengrusakan dan perselisihan kata dan komentar. Andai ada sesuatu yang dibangun, Allah akan menghapuskan dan menghancurkan amalnya.
0 komentar: