Kehancuran Bangsa, Mengapa Terus Berulang? Padahal Sebab dan Fenomenanya Sanga Jelas
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Allah mengazab manusia di waktu malam hari saat sedang tertidur. Atau di siang hari saat beristirahat atau bermain-main. Allah mengazab manusia di waktu yang tidak pernah terduga. Di waktu yang merasa paling aman dan terlindungi. Di waktu puncak karir, kekuasaan dan kemakmuran. Bukankah tanda negri dihancurkan saat yang keberlimpahan harta tetapi tidak berzakat dan kikir?
Soekarno jatuh di era demokrasi terpimpin. Soeharto jatuh di era 70 persen rakyat memilihnya, kekuatan bisnis dan militer dibawah kendalinya. Belanda jatuh di saat Aceh dan beberapa daerah yang belum dikuasai sudah berhasil dalam genggamannya. Belanda hancur hanya dalam hitungan hari saja, padahal katanya sudah menjajah 350 tahun di Nusantara. 350 tahun jerih payah perjuangan hancur dalam hitungan hari saja.
Kebinasaan itu sangat cepat, seperti itulah firman Allah dalam Al-Qur'an. Seperti Allah yang mengazab sebuah kaum hanya dalam hitung detik saja. Seperti gempa bumi yang hanya beberapa detik, namun menghancurkan semua yang ada di permukaannya. Banyak bisnis yang hancur dalam waktu yang pendek padahal sudah dibangun belasan, puluhan dan ratusan tahun sebab krisis yang tak pernah terduga sebelumnya.
Azab datang setelah datangnya para Nabi dan Rasul. Kehancuran sebuah negri datang setelah munculnya reformis yang ikhlas untuk memperbaiki negri namun diabaikan dan dimusuhi. Perhatikan apa yang terjadi sebelum kejatuhan Soekarno. Siapakah yang tampil ke depan menasihatinya, namun dipenjarakan dan dibubarkan? Perhatikan sebelum kejatuhan Seoharto. Siapkan yang tampil ke muka untuk menasihatinya, namun dibunuh, dipenjara dan dibubarkan? Bagaimana dengan era sekarang? Sangat mudah menebak kehancuran, lihatlah bagaimana proses pendahuluan sebelum Allah menghazab sebuah kaum.
Kebinasaan sangat cepat sehingga tak ada sedikit pun waktu walaupun hanya untuk mengucapkan kalimat tauhid. Seperti Firaun yang tak sempat mengucapkan pengakuan Allah sebagai tuhan. Seperti tak sempatnya kaum yang diazab Allah untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Saat waktu kebinasaan tiba, semua kekuatan, kekuasaan dan sumber daya yang dibangun dengan energi besar menjadi sangat lemah tak berdaya. Seperti rontoknya pasukan besar Firaun hanya dengan satu hempasan ombak laut.
Kehancuran diawal dari ketimpangan. Ketimpangan ekonomi yang terjadi di negri Madyan saat Nabi Syuaib diutus. Kehancuran karena kesombongan dan kebanggaan prestasi kekayaan di era Qarun. Kehancuran panen saat pemilik dua kebun bermaksud kikir dan tamak dengan menyembunyikan hasil panennya agar tak diketahui masyarakat di sekitarnya.
Ketimpangan ekonomi, ketika kekayaan hanya berputar di kalangan terbatas. Saat roda ekonomi diberikan hak istimewa kepada kalangan terbatas. Saat sumber daya ditimbun untuk mendapatkan keuntungan yang tak terbatas. Itulah fenomena pendahuluan kehancuran.
Saat syariat Allah digantikan dengan peradaban akal dan hawa nafsu. Saat Islam disingkirkan dari semua sisi kehidupan. Saat Islam dianggap menjadi penghalang peradaban manusia. Itulah fenomena awal kehancuran. Seperti yang terjadi pada kaum Sodom, Tsamud dan Aad. Puncaknya saat kekuasaan hanya milik kalangan tertentu untuk keuntungan tertentu dengan kediktatoran hukum dan aparat, seperti yang terjadi di era Firaun dan Namrudz.
Ketika semua solusinya adalah kekuatan militer dan penangkapan. Ketika solusinya adalah menjauhkan Islam dari peradaban. Ketika kekuasaan dan kekayaan berputar di kalangan terbatas. Itulah fenomena umum tanda kehancuran sebuah peradaban dan umat.
Sangat mudah, jelas dan nyata proses kehancuran sebuah umat dan bangsa. Mengapa terus berulang? Padahal ratusan ribu Nabi dan Rasul yang diutus untuk menyelamatkan manusia, namun mengapa terus berulang kehancuran manusia? Al-Qur'an telah mengabadikan bagi umat manusia dan Islam, mengapa terus berulang juga?
0 komentar: