Keadilan, Menentramkan
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Dalam kemarahan ada akhlak. Dalam peperangan ada akhlak. Dalam kekacauan ada akhlak. Itulah cara melihat hakikat seseorang dan sebuah ideologi. Dalam ketentraman ada akhlak itu hal yang biasa. Dalam kedamaian ada akhlak, itu hal biasa.
Hajjah Ats Tsaqafi memerangi lawan politiknya dengan penangkapan, penjara, tiang gantungan dan penghancuran. Umar Bin Abdul Aziz yang hidup di era yang sama, memerangi lawan politiknya dengan pedang keadilan. Mana yang berpengaruh lebih besar? Keadilan menembus hati, jiwa dan pemikiran. Keadilan, seni menaklukan yang sempurna.
Syarat kemakmuran adalah keadilan. Syarat kesejahteraan adalah keadilan. Cara melihat keadilan pemimpin lihatlah ketika dia sedang marah. Menjadi diktatorkah? Menjadi otoriterkah?
Melihat keadilan pemimpin, lihatlah bagaimana memainkan payung hukum dan konstitusional. Hukum untuk memberangus lawan politiknya, sesuai persepsi pribadinya? Atau hukum memang ditegakkan untuk menjaga kemaslahatan? Hukum bukan sekedar timbangan tekstual tetapi juga konstektual, itulah sikap keadilan.
Keadilan adalah penyanggah utama kehidupan, harus disemai kepada semua pihak, kepada semua yang hidup. Keadilan harus dirasakan kepada yang beriman dan ahli maksiat. Keadilan harus dirasakan kepada muslim dan kafir. Keadilan harus disemai kepada hewan dan tumbuhan. Yang diharapkan rakyat dari pemimpin adalah keadilannya.
Rasulullah saw tidak menghukum penzina karena yang melihat perzinahan tersebut hanya satu saksi. Rasulullah saw memohonkan surga kepada penzina setelah dihukumi rajam. Kepada ahli maksiat pun Rasulullah saw berlaku adil. Menegakkan hukum itu memang harus ada syarat-syaratnya, bukan sekadar menegakkan kebaikan saja.
Kebaikan dan kebenaran tidak bisa ditegakkan dengan menghalalkan segala cara. Namun harus ditegakan dengan keadilan. Saat Rasulullah saw berperang, beliau membuat beragam perjanjian pendahuluan. Menawarkan syarat-syarat perdamaian. Umar bin Abdul Aziz memanggil seluruh pejabat, panglima dan tentaranya, agar keluar dari daerah tersebut, saat mengetahui bahwa daerah tersebut dahulunya tidak dibebaskan dengan syarat-syarat yang tetapkan syariat.
Umar Bin Abdul Aziz pernah menghapus seluruh pungutan yang dibebankan kepada masyarakat non muslim karena penerapannya tidak sesuai syariat Islam. Namun mengambil harta kekayaan keluarga besarnya yang diambil dengan kezaliman ke kas negara. Keadilanlah yang akan menyatukan hati rakyat sebuah bangsa, bukan gembar gembor ideologi yang hampa.
Dalam catatan sejarah, hiruk pikuk rakyat, perpecahan rakyat, benturan rakyat, ketidaktentraman terlahir karena ketidakadilan pemimpinnya. Kehancuran sebuah bangsa karena masyarakatnya tidak mampu menghadirkan pemimpin yang berkeadilan. Kerusakan seluruh sendi bangsa dan masyarakat karena ketidakadilan pemimpinnya. Kezaliman akan menghancurkan kehidupan manusia.
Bila hari ini penuhi hoax, bila hari ini penuh ujaran kebencian, bila hari ini penuh hujatan, mari kita lihat para pemimpinnya. Karena keadilan pemimpin akan menciptakan ketentraman di sanubari jiwa bangsanya. Semua ini bukan soal Pilpres, tetapi soal rasa keadilan.
0 komentar: