Ikhlas, Pembangun Jiwa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Ikhlas, menurut Sayid Qutb dalam tafsir Fizilalil Quran, memiliki dimensi lain, bukan sekedar syarat diterima amal, tetapi energi membangun dari dari dalam. Ikhlas akan membangun mindset dan persepsi dari dalam. Ikhlas pula yang membentuk kehendak manusia sejalan dengan kehendak Allah. Hidupkan api keikhlasan, maka energi dari dalam akan membangun jiwa manusia.
Imam Al Ghazali mengibaratkan jiwa manusia seperti danau yang menampung air. Ada air yang bersumber dari sungai ada pula yang bersumber dari mata air yang ada di danau itu sendiri. Yang paling bersih dan segar adalah yang bersumber dari mata air, bukan sungai yang kadang sudah tercampur oleh sampah-sampah. Mata air bersih itu bernama keikhlasan.
Keikhlasan inilah yang akan menjadi sumber mata air hikmah, ilmu, solusi, kreatifitas dan pemikiran yang lahir dari jiwa-jiwa manusia itu sendiri. Keikhlasan yang memberikan kontribusi bagi kehidupan, kebangkitan dan kegairahan jiwa. Tanpa keikhlasan, jiwa manusia akan mati dan kering kerontang.
Keikhlasan tidak hadir dari sekedar banyak beribadah. Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, yang pertama harus diperhatikan adalah kehalalan harta, dari mana memperoleh harta? Untuk apa dibelanjakan? Meneliti makanan yang dimakan dan diminum. Meneliti pakaian, kendaraan dan rumah yang ditempati. Dari harta halalkah?
Mari berkaca pada Abu Bakar, Utsman bin Affan dan generasi asabiquna awalun lainnya, mereka cepat merespon hidayah dan seruan Rasulullah saw, karena di masa Jahiliyah mereka tetap menjaga kehalalan harta. Kehalalan hartalah yang membentuk kejernihan hati, yang kemudian menjadi tanah subur bagi memancarnya keikhlasan.
Keikhlasan membangun karakter yang kokoh. Kekuatan yang paling kuat di semesta ini adalah keikhlasan. Bila ikhlas sudah bersemayam, maka jiwa tersebut menjadi pribadi yang paling dahsyat. Begitulah sabda Rasulullah saw. Tak perlu pusing bagaimana membangun jiwa, cukup hadirkan keikhlasan saja maka Allah yang akan membangun jiwa kita.
0 komentar: