Hobi Menganiaya Diri Sendiri
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Setiap saat manusia menzalimi dirinya sendiri. Saat tak berdzikir. Saat tak memulai sesuatu dengan bismillah. Saat melakukan sesuatu tidak mengikuti Sunah Rasulullah saw. Saat mengisi hidup tidak sesuai syariat Allah. Saat tak berakhlak dan bersikap sesuai tuntutan Rasulullah saw. Itulah momentum penganiayaan terhadap diri sendiri.
Menganiaya diri sendiri, karena kehilangan momentum menaikan derajat di sisi Allah. Kehilangan kesempatan untuk dicintai Allah dan Rasulullah saw. Kehilangan meraih syafaat Rasulullah saw . Padahal setiap waktu yang dilewati takkan pernah kembali.
Bila tak merasakan nikmat Allah setiap saat. Bila tak ada kesadaran bahwa semuanya karunia dari Allah. Bila pandangan mata dan telinga tak bisa memunculkan ketakjuban terhadap tanda-tanda kebesaran Allah. Itulah waktu bahwa hakikat dirinya lebih hina dari binatang, bahkan lebih hina dari binatang ternak sekali pun.
Bila mengabaikan semuanya, bertanda bahwa hidup hanya dipenuhi tidur, senda gurau, istirahat, dan permainan. Padahal azab Allah datang di siang hari saat manusia beristirahat dan bermain-main. Azab Allah datang di malam hari ketika manusia sedang tidur. Kehancuran manusia disebabkan oleh waktu yang dipenuhi dengan tidur, istirahat dan permainan.
Nabi Adam merasa telah menganiaya dirinya karena sekali mengikuti bisikan syetan. Nabi Yunus menganiaya dirinya karena sekali meninggalkan tanggungjawabnya. Bagaimana dengan liku-liku kehidupan kita yang telah dijalani? Mengapa terus merasa menjadi hamba yang berhak surga dan menyandang gelar orang baik dan shaleh?
Al-Qur'an telah menyebutkan karakter manusia yang sangat zalim dan tak bersyukur, melampaui batas, bodoh, berkeluh kesah, kikir dan beragam karakter yang menghancurkannya. Namun mengapa merasa tak menjadi tertuduh atau terdakwa? Mengapa semua itu merasa bukan karakter dirinya?
Itulah tanda bahwa penzaliman terhadap diri sudah sangat parah dan tak dirasakan sebagai penyimpangan dan keburukan diri. Diri telah dihancurkan oleh dirinya sendiri. Diri telah dirusak oleh dirinya sendiri. Itulah gambaran Al-Qur'an bahwa banyak orang yang melakukan kerusakan terhadap dirinya, namun menganggapnya telah memperbaiki diri. Bila seperti ini, bagaimana bisa introspeksi dan evaluasi diri? Wajar bila perjalanan hidup terus terbawa pada arus kehancuran.
0 komentar: