Tabir Kesuksesan
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Cerdas itu soal menciptakan solusi dan kreasi. Apakah hanya buah dari intelegensi semata? Bila intelegensi dasar pijakan kecerdasan, maka dunia ini penuh ketidakadilan. Keberhasilan hanya milik mereka yang memiliki intelegensi yang sudah tercipta sejak bayi? Apakah kecerdasan tak bisa upgrade seiring bertambahnya pengalaman dan ilmu? Seperti itukah perjalanan hidup?
Ruang kecerdasan semakin melebar dan meluas. Tak lagi diukur dengan IQ saja. Tak diukur dengan kekuatan otak kiri saja, berkembang menuju otak kanan dan otak tengah. Kekuatan manusia penuh misteri. Dengan kekuatan milyaran sel otak, manusia tetap menjadi misteri bagi dirinya sendiri. Manusia tak paham dirinya sendiri. Manusia melihat dirinya hanya mengikuti persepsinya berdasarkan pemikiran dan risetnya sendiri. Hasilnya, sepanjang sejarah manusia, tidak juga tahu dirinya sendiri. Ini kebodohan yang paling nyata.
Cerdas itu bukan soal otak, tetapi soal hati. Allah mengilhamkan fujur dan takwa kepada hati. Allah yang mengajarkan manusia. Allah yang mengajarkan ilmu. Allah yang memberikan kepahaman. Allah mengilhamkan semuanya melalui hati. Menghembuskannya melalui hati bukan otak. Sepertiga akhir malam, itulah saat Allah membuka anugerah ilham yang sangat deras bagi yang mau memohonnya. Bukankah banyak karya terbaik yang lahir di momentum ini?
Jadi, kecerdasan itu tentang seni mengelola hati. Cerdas itu tentang seni mengelola jiwa. Cerdas itu tentang seni mengelola nafsu. Modal besar kecerdasan adalah kebeningan hati. Hati wadah tempat seluruh anugerah Allah dilimpahkan ke bumi. Melalui hati, Allah mendesain, menggerakkan dan merubah perjalanan hidup manusia.
Koneksi manusia dengan Allah adalah hati. Ilmu dan hikmah bersemayam di hati. Kepahaman bermata air dari hati. Rahasia kehidupan terbongkar dari hati. Yang bisa mengelola hati akan bisa mengelola diri dan kehidupan. Yang bisa mengelola hati akan bisa mengelola kebahagiaan. Yang bisa mengelola hati akan bisa meraih segala yang didambakan.
Bila membaca kitab Ihya Ulumudin dan berbagai buku tasawuf para Tabiin, penekanan mereka tertuju pada pengelolaaan nafsu bila ingin meraih ilmu dan kebijaksanaan. Menyingkir penghalang antara dirinya dengan Allah. Menjadkan hati seperti tanah gembur yang siap menampung bibit-bibit ide dan pemikiran brilian dari Allah. Tazkiyatul nafs menjadi pusat perhatian agar bisa memperbaiki kehidupan.
Tabir kesuksesan dengan diri adalah nafsu. Tabir kebahagiaan dengan diri adalah nafsu. Tabir ilmu dan kebijaksanaan dengan diri adalah nafsu. Tabir antara manusia dengan Allah adalah nafsu yang menyelimuti hati. Bila tabir penghalang itu sangat kokoh, bagaimana bisa meledakkan kemampuan diri? Tak ada yang menjebatani. Tak ada yang mengkoneksikannya. Maka hancur penghalang itu dengan menjernihkan hati.
Bila semua cita-cita masih terasa jauh. Bila semua keinginan merasa tak mungkin diraih. Bukan karena engkau tidak cerdas tetapi hati mu tidak layak untuk merengkuhnya. Jiwamu belum pantas untuk menikmatinya. Ciptakan ruang kepantasan itu dengan memperbesar ruang kebeningan hati kita.
0 komentar: