Surat Ulama, Berita Surat Kabar dan Aksi Dana Palestina di Era Kolonial Belanda
Komite Palestina terbentuk pada 5 Juli 1937. Yang berorasi, KH Mas Mansur, Ketua Umum PB Muhammadiyah. Umar Hubeis, Ketua Umum Al-Irsyad. KH Abdullah Qahhar Mudzakir, Ketua Komisi Luar Negri Partai Sarekat Islam Indonesia.
Pada akhir acara dibacakan petisi penolakan atas rencana Inggris membagi Palestina menjadi tiga wilayah. Petisi ini dikirimkan langsung ke sekretariat Lembaga Bangsa-bangsa (LBB) di Jenewa Swiss, Mufti Palestina dan Kongres Umat Islam di Damaskus melalui Telegram. Berikut isi petisi tersebut:
------------
"Muslems Sourabaya 33 organizations hold great meeting for Palestinian problem hoping mandates commission refruse dividing Palestine.
Palestinian Committee
WONDOAMISENO
Sourabaya
1. Mu'tamar Islamy Albaroudy Damascus
2. Grand Mufti Yerussalem."
-----------------
Aksi peduli bukan saja terjadi di kalangan elit. Namun masyarakat bawah pun berbondong mengumpulkan dana kemanusiaan untuk rakyat Palestina. Aksi ini diabadikan pada Berita Priangan No 214 pada Jumat 22 September 1939. Isi beritanya sebagai berikut:
---------
"H Otjoh dalam perajaan Mi'radj di sebuah madrasah di kampung Station Tjitjalengka mengajak hadirin untuk berderma bagi Palestina. Karena itu tanpa ijin, ia kemudian berurusan dengan polisi."
------------------
Pada 1 September 1938, Berita Nahdlatoel Oelama No 21 membuat ulasan tentang Palestina sebagai berikut:
-----------
"Aken tetapi perdjoangan Oem. Islam Falasthina memberikan pengertian dan pengharepan pada kita, bahwa Oem. Islam sesoenggoehnya tiada mati, roeh Islam sesoenggoehnya masih besar fi'ilnya."
-------------------
Bila merujuk surat ulama, berita surat kabar dan aksi penggalangan dana hingga ke pelosok menandakan, persoalan Palestina di Nusantara sejak awal sudah menjadi urusan elit pemimpin dan akar rumput masyarakat. Ini menandakan bahwa Baitul Maqdis merupakan bagian keyakinan umat Islam bahwa Baitul Maqdis adalah milik umat Islam sedunia bukan milik orang Palestina atau Arab semata-mata.
Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U
0 komentar: