Sosok Progresif, Sang Intervensi Sejarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Siklus sejarah. Bahu membahu dalam bangunan yang kokoh. Tumbuh menjadi besar semakin besar. Setelah itu, memasuki masa kemunduran.
Kemunduran itu bisa terjadi bila persoalan masa kini dipecahkan dengan solusi masa lalu. Bukan mengambil jiwa masa lalu untuk memandu penyelesaian ke masa kini. Apakah Umar menyelesaikan masa kini dengan solusi masa lalu? Apakah Imam Syafii menyelesaikan masalah di Mesir dengan solusi yang ada di Baghdad?
Kemunduran bisa terjadi karena tidak bisa mengakomodasi kaum progresif yang tetap teguh pada prinsip. Kaum progresif yang tidak memiliki prinsip bisa menghancurkan. Kaum progresif yang berprinsip justru yang akan menciptakan kelenturan untuk menampung kemodernan, kemajemukan dalam bingkai yang terkendali. Ingin tahu karakter progresif, bertanyalah pada anak muda? Berikan anak muda ruang, seperti Umar dan Ali yang memberikan ruang kepada Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Zubair. Seperti Abu Bakar yang memberikan ruang kepada Usamah bin Zaid.
Dari orang tua kita belajar prinsip dan pakem hidup. Dari anak muda kita belajar terobosan untuk menjawab tantangan jaman. Andai isinya hanya orang tua, apa jadinya? Bila isinya hanya anak muda apa jadinya? Dalam gerakan Soekarno-Hatta dan para pemuda pejuang kemerdekaan ada HOS Cokroaminoto yang menjadi guru bangsa. Itulah perpaduan tua dan muda.
Bila yang tua tidak mempercayai yang muda, apa jadinya? Kemandekan dan kevakuman sejarah. Bila yang muda meninggalkan yang tua, apa jadinya? Terobosan yang liar dan berpotensi merusak. Memadukan karakter orang tua dan anak muda, itulah kematangan sejarah.
Imam Ibnu Qayyim membahas tuntas tentang akhlak yang penuh kematangan dalam kitabnya Madarijus Salikin. Hamka membahasnya dalam bukunya Tasawuf Modern. Perpaduan sifat yang berlebihan dan kekurangan. Itulah kematangan.
Pemberani itu muncul dari titik tengah antara ketakutan dan keterburuan. Tangguh itu muncul dari titik tengah antara keras kepala dan bimbang. Peduli itu titik tengah antara tidak acuh dengan mania. Menimbang untuk menemukan titik tengah, itulah yang harus ditemukan oleh individu dan organisasi agar terus tumbuh dan tidak berkonflik internal.
Setiap hari, kita akan menjadi bagian masa lalu bila kita tak memahami masa kini. Setiap hari, kita akan menjadi bagian masalah bila tak mau belajar. Setiap hari, kita akan selalu bagian dari keterbelakangan bila tak memahami tuntutan masa depan. Menjadi pribadi yang selalu sesuai dengan jamannya namun mimpi dan pemikirannya harus melampaui jamannya. Itulah pribadi dan organisasi yang progresif.
0 komentar: