Salam Rinduku, Ya Rasulullah
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Bisakah memiliki rumah di Surga yang bertetangga dengan Rasulullah saw? Andaikan bisa, itulah puncak semua cita-cita. Bisa berbincang-bincang dengan Rasulullah saw. Bisa menatap wajahnya. Bisa mencium tangannya. Bisa memeluk tubuhnya, seperti Salam Al Farisi yang berpura-pura ingin mengqhisas Rasulullah saw padahal dia hanya ingin memeluk tubuh Rasulullah saw.
Aku rindu menjadi Abu Bakar Shidiq. Tak perlu menghidupkan akal pikiran untuk membenarkan semua sabda Rasulullah saw. Tak perlu memeras otak untuk mengikuti dan taat kepada Rasulullah saw. Cukup mendengar lalu taat kepada Rasulullah saw.
Bila aku bertetangga dengan Rasulullah saw di Surga, aku ingin mengunjungi setiap saat. Bercengkrama dan tak berpisah dengannya. Ku ingin menatap wajahnya tanpa henti. Ku ingin menemaninya seperti para Sahabatnya yang tak ingin berpisah denganya. Seperti Umar Bin Khatab yang tak percaya bahwa Rasulullah telah wafat. Kerinduannya pada Rasulullah saw membuat wafatnya Rasulullah saw dianggap seperti nabi Musa yang pergi hanya selama 40 hari untuk menemui Allah.
Kerinduan kepada Rasulullah saw semoga menjadi penolong. Seperti seorang Sahabat yang menangis tersedu-sedu karena khawatir tidak bersama Rasulullah saw di akhirat nanti. Ternyata kerinduan bersama Rasulullah saw menjadi jaminan kebersamaannya bersama Rasulullah saw di akhirat nanti.
Namun apakah aku menenuhi kriteria orang yang rindu kepada Rasulullah saw? Apakah orang yang rindu kepada Rasulullah saw seperti ini? Apakah ibadah dan akhlak yang rindu kepada Rasulullah saw seperti ini?
Syekh Abdul Qadir Jailani memberikan kiat jalan permulaan tentang sebuah rindu. Kuncinya bukalah hati untuk mencoba mencintai dan merindukannya. Bukalah hati untuk memulai mencintai dan merindukan Rasulullah saw. Bila pintu hati sudah dicoba dibuka, maka cinta dan rindu itu akan tumbuh dan berkembang. Ku sampaikan shalawat dan salam kepada Rasulullah saw.
0 komentar: