Riyadhah Suluk Junaid Al Baghdadi
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Junaid Al Baghdadi lahir pada 220 Hijriah, belajar fiqh, ilmunya matang, banyak beribadah, menuturkan hikmah namun jarang meriwayatkan hadist. Keluasan ilmunya bagaikan bila Allah dianugerahi ilmu ke bumi, maka dia pun mendapatkan satu bagiannya.
Dia banyak mendengar, dekat dengan orang shaleh dan ahli marifat, dianugerahi kecerdasan dan kebenaran menjawab. Dirinya sangat menjaga diri (iffah) dan tidak suka pada dunia.
Dia hidup dari berbisnis. Konon bila sedang berada di pasar, setiap hari wiridnya mencapai 1.000 tasbih dan shalat sunah sebanyak 300 rakaat.
Murid-muridnya mendapatkan keberkahan dari majlis ilmunya. Walaupun ilmu yang diajarkannya ilmu Tasawuf, namun syarat menjadi muridnya, Junaid Al Baghdadi berkata, "Ilmu kami diukur dengan Al Quran dan As Sunnah. Siapa yang tidak hafal Al Quran, tidak menulis hadist, dan tidak belajar fiqh, tidak boleh ikut."
Ilmu Tasawufnya berasal dari penempaan terhadap dirinya dan selalu memperbaiki keburukan dirinya. Beliau berkata, "Kami tidak mengambil tasawuf dari pendapat ini dan itu, melainkan dari rasa lapar, meninggalkan dunia, dan memutuskan kebiasaan."
Al Junaid Al Baghdadi mengajarkan apa itu syukur, " Allah tidak dimaksiati dengan nikmat-nikmat-Nya." Cincinnya terukir sebuah kata, "Jika kau mengharapkan-Nya, berarti kau tidak aman dari-Nya." Inilah bentuk ketakutan beliau terhadap Allah.
Refrensi:
Siyar A'lam An-Nubala', Imam Adzahabi, Pustaka Azzam, Februari 2014
0 komentar: