Para Pengemban Kemenangan
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Para pengemban kemenangan. Siapakah mereka? Dimanakah mereka? Mengapa belum terlihat batang hidungnya? Masih bersembunyikah atau disembunyikan?
Rasulullah saw pernah selama beberapa hari melantunkan doa qunut nazilah sebagai bentuk kesedihan kepada para Sahabatnya yang sedang bertugas. Mereka para ahlul Qur'an. Mereka diminta datang ke sebuah daerah untuk mengajarkan Islam. Namun ketika tiba di daerah tersebut mereka dibunuh.
Umar Bin Khatab memohon kepada Abu Bakar untuk membuat tim khusus untuk menghimpun Al Qur'an. Penyebabnya, semakin banyak para Ahlul Qur'an yang wafat di medan perjuangan. Para Ahlul Qur'an, bukan mereka yang hanya menjaga hafalannya saja di sudut-sudut masjid dan lembaga pendidikan, tetapi mereka juga berkiprah dalam semua ranah perjuangan kehidupan untuk perbaikan bangsa.
Para pengemban kemenangan memiliki karakter sebagai Ahlul Qur'an. Kemanakah Ahlul Qur'an saat ini? Dimana kiprah mereka sekarang? Andai kita ingin diamanahi kemenangan, mulailah dengan menjadi Ahlul Qur'an terlebih dahulu. Jangan memimpikan kemenangan sebelum syaratnya terpenuhi oleh kita sendiri.
Dalam sebuah peperangan, Sahabat Anshar diamanahi tugas menjaga kemah Rasulullah saw. Di tengah kegelapan dan keheningan malam, Sahabat tersebut melakukan shalat Tahajud dipinggir tenda Rasulullah saw. Ada musuh yang mendekati tenda Rasulullah saw. Melihat ada penjaganya yang sedang Shalat, sang Musuh tidak jadi mendekati tenda Rasulullah saw. Lalu dia mengambil panah untuk membunuh Sahabat yang sedang bertahajud.
Di tengah kekhusyuan shalat tahajud, Sahabat Anshar dihujani panah. Shalat pun terus dijalankan, hingga musuhnya terheran-heran. Andai bukan karena kekhawatiran keselamatan Rasulullah saw, sang Sahabat akan terus melanjutkan Shalatnya. Para pengembang kemenangan, memiliki karakter menjaga ibadah wajib dan gandrung terhadap ibadah sunnah dengan kekhusyuan dan keikhlasan.
Jangan pernah memimpikan kemenangan bila masih malas terhadap yang wajib. Jangan pernah memimpikan kemenangan bila tidak mau memulai melakukan yang sunah. Jangan pernah mengimajinasikan kemenangan, bila belum belajar khusyuk dan ikhlas.
Thawus seorang Tabiin, di tengah peperangan, di saat yang lain tertidur kelelahan di malam hari, bangun mengendap ke hutan untuk shalat Tahajud. Muhammad bin Washi, seorang Tabiin, jari telunjuknya lebih kuat dari ketajaman ratusan mata pedang. Malamnya menangis dan giat bersujud kepada Allah, siangnya terjun ke medan pertempuran dengan keberanian tanpa takut kematian. Andai hari ini masih bermalas dengan ibadah, bagaimana bisa menjadi pengemban amanah kemenangan?
Imam Ibnu Taimiyah, Shalahuddin Al Ayubi, dan Muhammad Al Fatih sangat paham karakter para pemenang. Mereka menyeleksi bacaan Al Qur'an dan Tahajud pasukannya. Yang memenuhi kriteria tersebut, dipilihlah sebagai anggota pasukannya.
Shalahuddin Al Ayubi memiliki perdana mentri yang alim, cerdas dan berilmu luas. Salah satu penyebab kemenangan saat merebut Baitul Maqdis adalah kehadiran sang perdana mentri. Goresan catatan strategi dan pemikirannya, lebih baik dari pedang yang tajam.
Para pengembang kemenangan memiliki karakter yang harus dipenuhi. Anugerah kemenangan dari Allah memiliki syarat agar bisa didatangkan. Sudahkah kita memiliki dan memenuhi kriterianya? Kemenangan belum nampak karena kita belum menyiapkan lingkungan yang bisa menyuburkan kemenangan. Bila kriteria dan syarat sudah terpenuhi maka kemenangan akan bekerja dengan sendirinya.
Tak usah bermimpi kemenangan. Sibukan saja dengan memenuhi syarat-syaratnya.
0 komentar: