Nasehat Umar untuk Rasullah tentang perlakuan jenazah musuh Allah
Ketika Abdullah ibn Ubay meninggal, anaknya datang menghadap Rasulullah meminta gamis Rasul untuk kain kafan ayahnya. Beliau pun memberikannya. Ia pun meminta Rasul agar bersedia menshalati jenazah ayahnya. Namun, ketika Nabi berdiri hendak menshalati nya, Umar menghalangi beliau sampai di depan dada beliau. Umar memegang baju Rasul seraya berkata, "Apakah engkau akan menshalati musuh Allah, wahai Rasulullah? Padahal ia telah mengerjakan keburukan dalam bilangan harinya?."
Rasulullah yang penuh bijaksana tersenyum dan berkata, "Menyingkirlah dariku, hai Umar. Sesungguhnya aku diberikan pilihan, lalu aku memilih. Telah dikatakan kepadaku, apakah engkau akan memintakan ampun bagi mereka atau tidak. Jika engkau memintakan ampunan bagi mereka sebanyak tujuh puluh kali, Allah tetap tidak akan mengampuninya. Aku tidak tahu apakah jika aku menambahnya lebih dari tujuh puluh lalu Allah akan mengampuninya atau tidak. Jika mengampuni maka akan aku tambah."
Umar berkata lagi, "Tetapi dia seorang munafik." Namun, Rasulullah kemudian menshalatinya dan berjalan di belakang jenazah Abdullah ibn Ubay serta berdiri ketika penguburannya sampai selesai. Tidak lama kemudian, turunlah ayat, "Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan shalat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik." (at Taubah [9]: 84).
Sejak saat itu, Rasulullah tidak pernah menshalati jenazah kaum munafik dan tidak pernah pula berdiri di pekuburan mereka sampai beliau meninggal dunia.
Sumber:
The Great of Two Umars, fuad Abdurahman, Zaman
0 komentar: