Waktu di Mekah, Umat Islam masih golongan kecil, maka tumbuhlah syura secara kelompok kecil. Setelah pindah ke Madinah, telah tumbuh masyarakat Islam dalam jamaah besar, maka tumbuhlah musyawarah secara besar pula. Masyarakat yang masih terbatas di kota Madinah, bermusyawarah bersama dalam Masjid Rasul.
Setelah Islam meluas, Rasulullah saw mengangkat kepala-kepala perang tentaranya membebaskan suatu negri. Hendaklah kepala perang itu bermusyawarah lagi dengan orang-orang yang dianggap menjadi pembantunya. Di setiap kabilah mempunyai kepala kabilah, dengan orang-orang yang terkemuka di kabilah hendaklah dituangkan pula musyawarah antar mereka.
Setelah Rasulullah saw wafat, khalifah-khalifah yang menggantikannya mengangkat wali di wilayah seperti Usaid bin Hudair di Mekah, Muawiyah bin Abu Sofyan di Syam, Amr bin Ash di Mesir. Mereka pun diwajibkan selalu menghidupkan sistem aturan musyawarah.
Rasulullah saw tidak meninggalkan wasiat politik yang terperinci tentang teknik cara bagaimana menyusun syura itu. Sepeninggalnya, agama dan umat ini akan mengaliri semua pelosok dunia Maka, terserahlah bagaimana hendaknya teknik melancarkan syura itu menurut keadaan tempat dan keadaan zaman.
Tidaklah Rasulullah saw mengikat kita dengan satu cara yang sudah nyata tidak akan sesuai lagi dengan zaman yang selalu berkembang. Dalam hal ini dapatlah dipakai ijtihad bagaimana caranya. Bolehlah diadakan musyawarah, bagaimana hendaknya bermusyawarah dan memungut suara serta mengambil keputusan yang di dalam bahasa sekarang, dengan prosedur sidang.
Apakah zaman sekarang ini kita akan mengadakan pemilihan umum dan Majlis Permusyawaratan Rakyat? Apakah kita akan mengadakan Dewan Perwakilan Rakyat? Apakah kita akan mengadakan Dewan Pertimbangan Agung? Apakah kita akan mengadakan Dewan Senat? Atau apakah semuanya itu akan dirombak dan dicarikan nama yang baru?
Bukan itu yang jadi soal, Al-Qur'an dan Hadist tidaklah mencampuri hal ini secara mendalam dan terperinci. Yang penting ialah ada pokok pegangan. Yaitu dalam masyarakat selalu ada syura. Sebab itu sangatlah jauh dari initi kehendak Islam suatu masyarakat yang hanya dipengaruhi oleh satu orang (satu oligarki, dinasti, kelompok, kepentingan).
Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 2, Buya Hamka, GIP
0 komentar: