Mussolini Dieksekusi Mati, Jasadnya Dirusak Rakyatnya, Pasca Menggantung Syeikh Umar Mukhtar
Libya pernah menghadapi perjuangan berat melawan imperialisme dan kolonialisme. Sejak Italia menduduki negara itu pada 1911 --usai mengalahkan Turki-- rakyat Libya tak henti-hentinya melakukan perlawanan.
Lebih-lebih ketika Mussolini yang fasis dan diktator berkuasa di Italia pada 1922, dia tanpa mengenal ampun melakukan kekejaman luar biasa dalam mematahkan perlawanan rakyat.
Di antara pahlawan Libya yang mendapat julukan lion of the desert (singa padang pasir) adalah Omar Mukhtar. Seorang guru sekolah agama (pesantren) dari Benghazi.
Selama 10 tahun, dia memimpin perlawanan rakyat Libya melawan penjajah Italia. Mussolini sang diktator semakin kalap melihat perjuangan rakyat Libya yang telah syahid melawan penjajah.
Beratus rakyat Libya dibunuh, termasuk wanita dan orang tua. Pada 16 September 1931, Omar Mukhtar (setelah menderita luka-luka dalam pertempuran yang tidak seimbang), ditangkap bersama para syuhada lainnya.
Pejuang Islam ini pun mati sebagai syuhada setelah dihukum gantung di depan umum bersama sejumlah pengikutnya yang setia. Dia menuju tiang gantungan tanpa gentar sedikit pun dan meminta agar sebelum dihukum mati, dia bisa terlebih dulu melakukan shalat.
Sebelum mati sebagai syahid, dia berkata, "Saya boleh mati, tapi perjuangan untuk kemerdekaan, melawan ketidakadilan, dan nafsu serakah kaum imperialis tidak akan pernah berakhir."
------------------
Pada pagi hari 28 April 1945, seorang anggota partisan Walter Audisio datang dari Milan untuk "menjemput" Mussolini di Dongo.
Sesuai perintah, Audisio akan bertemu dengan pemimpin partisan setempat Bellini delle Stelle untuk mengambil Mussolini.
Siang harinya, Audisio alias Kolonel Valerio bersama beberapa anggota partisan bergerak menuju ke peternakan De Maria untuk menjemput Mussolini dan Petacci.
Setelah menjemput keduanya, mereka bergerak menuju ke desa Giulino de Mezzegra. Mobil mereka kemudian berhenti di pintu masuk Villa Belmonte di sebuah jalan sempit bernama Via XXIV Maggio.
Audisio kemudian memerintahkan Mussolini dan Pettaci berdiri di depan dinding pagar Villa Belmonte dan menembak mereka dengan menggunakan sebuah senapan mesin.
Eksekusi tersebut dilakukan pada pukul 16.10 petang waktu setempat.
Malam harinya, jenazah Mussolini, Petacci, dan sejumlah pemimpin fasis dinaikan ke atas sebuah truk dan dibawa ke kota Milan.
Truk itu tiba di Milan pada 29 April dini hari dan jenazah Mussolini dan kawan-kawannya diturunkan di Piazalle Loreto, sebuah lapangan di dekat stasiun kereta api utama Milan.
Jenazah para petinggi fasis itu dibiarkan begitu saja hingga sekitar pukul 09.00 saat warga mulai melemparinya dengan sayuran busuk, ditembaki, ditendangi, dan dikencingi.
Akibatnya, wajah Mussolini hancur akibat ditendangi beramai-ramai. Setelah itu, jasad Mussolini, Petacci, dan lainnya digantung terbalik dengan menggunakan kait daging di lapangan itu.
Sekitar pukul 14.00, otorita militer AS tiba di Milan dan memerintahkan jenazah Mussolini diturunkan untuk diotopsi.
Pada 30 April otopsi digelar di Institut Kedokteran Milan. Salah satu hasil otopsi menyebutkan Mussolini ditembak sembilan kali.
Empat puluru bersarang dekat jantung yang menyebabkan kematiannya. Akhir tragis dan miris dari seorang fasis.
Sumber:
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/o4vjzf282
0 komentar: