Merancang Kecerdasan
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Ingin cerdas, ingatlah kematian. Sangat mudahkan? Gelar akademik bukanlah tanda kecerdasan. Tanda kecerdasan adalah kemampuan dalam menciptakan solusi kehidupan bukan soal-soal mata pelajaran sekolah. Tanda kecerdasan adalah kemauan untuk terus belajar. Tanda kecerdasan bisa memilah maslahat dan mudharat. Tanda kecerdasan bisa memilah hal yang prinsip dan cabang.
Menurut Umar Bin Khatab, hisab dirimu. Hitunglah dirimu sebelum dihitung oleh Allah, Merencanakan dan antisipasi berbagai hal yang akan terjadi di masa depan itulah tanda kecerdasan.
Memahami takaran setiap urusan adalah tanda kecerdasan. Tidak melampaui batas dan tidak berlebihan. Tidak menyia-nyiakannya dan tidak mencuekan. Berfikir dan bertindak dalam sebuah kesetimbangan itulah tanda kecerdasan. Tidak boros, tapi tidak kikir. Tidak marah, tapi tidak mendiamkan.
Berada dalam jalan lurus, tanda kecerdasan. Tidak tergoda dan terrayu oleh tarikan dari kanan dan kiri. Tidak hanyut dalam hasutan nafsu dan syetan. Cerdas itu paham kawan dan lawan. Paham yang akan mendorong pada kesuksesan dan kegagalan. Paham yang akan merusak dan menghancurkan. Paham semua sebab kesuksesan hidup. Itulah kecerdasan.
Andai kita tidak sempat belajar tentang makna kecerdasan. Andai tak tahu cara menjadi cerdas. Andai kita tak tahu liku-liku menjadi orang cerdas, cukuplah dengan mengingat kematian saja. Cukuplah dengan mengingat orang-orang terdekat yang sudah wafat saja. Seorang ulama Sufi mengatakan, "Andai lupa mengingat kematian sesaat saja, maka hati akan rusak."
Mengapa mengingat kematian bisa mencerdaskan? Kekelaman hati, kebekuan hati, kekaratan hati, kekerasan hati akan cepat diobati dengan mengingat kematian. Ilmu itu cahaya, dia akan bersemayam di hati yang bersih.
Ingat kematian akan mengendalikan hawa nafsu yang cendrung membuat manusia malas, santai, terlena dan tertipu. Ingat kematian menciptakan daya cipta dan karya. Karena selalu bertanya apa yang sudah disiapkan? Apa yang sudah dikerjakan? Apa yang sudah ikhlas? Bertanya kepada diri merangsang untuk bergerak dan berkarya. Bertanya pada diri menghancurkan semua kebekuan akal dan tembok pikiran. Bertanya akan selalu menginsiprasi pada dirinya sendiri. Bertanya akan selalu memberikan energi kehidupan pada dirinya sendiri. Itulah energi mengingat kematian.
Mengingat adalah pekerjaan jiwa. Kita sering mencoba untuk mengingat segala hal, namun mengapa tidak mau berusaha mengingat kematian?
0 komentar: