Menjadi Pemimpin atau Artis?
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Wajah rakyat, itulah wajah pemimpinnya. Wajah pemimpin, itulah wajah rakyatnya. Darimana harus memulai? Bila melihat rukun wudhu, maka yang pertama dibersihkan adalah wajahnya, lalu tangannya. Maka perbaikan frontal dimulai dari perbaikan kepemimpinan, lalu aparatnya. Itulah perubahan besar sebuah masyarakat.
Kehancuran tatanan masyarakat dunia di Era Romawi dan Persia, dituntaskan dengan hadirnya pemimpin baru yaitu Rasulullah saw. Salah pengelolaan kekhalifahan Bani Ummayah dituntaskan dengan hadirnya Umar Bin Abdul Aziz. Konflik internal Ali-Aisyah-Muawiyah dituntaskan dengan hadirnya Hasan Bin Ali. Langkah terbaik dan tercepat sebuah perbaikan adalah pergantian kepemimpinan.
Hayam Wuruk hadir untuk menuntaskan kelemahan Majapahit di era sebelumnya. Raden Fatah lahir setelah perang Paregreg menghancurkan Majapahit pasca kematian Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Pemimpin yang lemah akan melahirkan pemimpin yang kuat di periode berikutnya.
Pemimpin yang kuat bekerja dalam diam. Tak perlu tegar pesona. Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Utsman bin Affan mampu menuntas semua persoalan di belahan dunia dengan adil dan bijaksana hanya dari kota Madinah. Umar Bin Khatab membangun sistem pemerintahan, administrasi, birokrasi dan pemilihan kepala daerah yang sangat ketat. Umar Bin Khatab fokus membangun kebijakan, sistem, pengendalian dan manusianya. Itulah fokus kepemimpinan. Bukan membanggakan pembangunan untuk sebuah popularitas.
Allah sudah menghadiri presiden BJ Habibie untuk negri ini. Hanya dalam waktu 2 tahun, dia bisa membangun dasar pemerintah paling demokratis, menuntaskan krisi ekonomi yang memporakporanda negri. Allah sudah menghadiri Gus Dur, agar anak negri berbaur tanpa sekatan suku dan etnis. Begitulah tugas pemimpin, membangun jiwa bangsa, membangun jiwa anak negrilah yang diutamakan. Jangan sampai muncul pemimpin yang secara fisik terlihat luar biasa, tetapi menghancurkan jiwa anak bangsa dan pondasinya. Inilah kepemimpinan yang rapuh.
Umar bin Khatab bergerak dalam keheningan dan kegelapan malam. Seluruh penduduk tak ada yang mengetahui perjalanan Umar bin Khatab dari rumah ke rumah rakyatnya. Pagi harinya, persoalan mereka sudah dituntaskan oleh Umar Bin Khatab. Umar bergerak tanpa ekspose, pemberitaan yang massif, yang penting solusi selalu hadir cepat dan tepat. Itulah yang ditunggu oleh masyarakat. Mungkin kisah Umar akan tetap menjadi rahasia, seandainya para sahabatnya tidak menceritakan pasca kematiannya.
Pemimpin selalu menyembunyikan kiprahnya, namun jelas solusinya. Pemimpin membuat keputusan dan kebijakan dari ruang-ruang kesunyian, keheningan dan ketentraman jiwa, hati dan pemikiran, namun menghadirkan kemanfaatan luar biasa bagi rakyatnya. Bila pemimpin hadir dalam riuh-rendah massa, hadir dalam gemuruh tepuk-tangan, gantilah menjadi artis jangan menjadi pemimpin.
0 komentar: