Manajemen Jiwa dengan Mengkaji Sejarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Mempelajari sejarah, berarti berinteraksi dengan mereka yang sudah wafat. Belajar sejarah mengingatkan akan kematian. Ini pembersihan hati
Ibrahim bin Adham di atas singgasana. Seseorang datang ke istananya, bertanya siapa saja yang telah menempati istana ini? Ibrahim bin Adham tertegun
Semua raja-raja telah pergi. Yang duduk, berdiri, dan berjalan di singgasana ini telah banyak yang datang dan pergi. Ibrahim bin Adham tersadarkan diri dari sejarah
Raja yang paling berkuasa, Panglima yang paling perkasa, Ilmuwan yang paling bersinar, Hartawan yang terkaya sudah sirna. Itu yang tercatat di sejarah
Alexander dari Macedonia, jadi penguasa Timur dan Barat, wafat di usia 30-an. Dapatkah menikmati kekuasaan yang terbentang luas? Tersisa hanya kisahnya
Belajar sejarah berarti menelaah dan menapaki kehidupan mereka yang telah wafat. Mengapa yang mempelajarinya merasa hidup abadi?
Mereka yang paling cerdik dan licik bermanuver meraih segala sesuatu dengan cara apa pun akhirnya wafat juga. Tak ada yang bisa menahan kematian.
Bila belajar sejarah menghasilkan perseteruan dan perselisihan sebab persepsi peristiwa sejarah, tandanya sejarah hanya pengetahuan belaka
Sejarah seharusnya melembutkan Hati, membersihkan jiwa, mengingatkan kematian juga ketidakabadian hidup.
Kematian terasa dekat. Waktu terasa singkat. Amal perbuatan tak sehebat sosok yang disebutkan dalam sejarah. Ini intropeksi diri
Dari sejarah, parameter hidup, diri, amal, dan karya dibandingkan tokoh sejarah. Muncullah kerendahan hati, rasa masih sedikitnya amal dan keterbuangan waktu.
0 komentar: