Konsisten Hingga Akhir
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Konsisten membuahkan kemukjizatan. Konsistensi, membuat amal yang tak dikerjakan karena darurat, tetap tercatat seperti sedang dikerjakan. Bila terbiasa bertahajud saat sehat, maka bila sakit tak mengerjakan tahajud tetap tercatat sebagai seolah-olah sedang bertahajud. Konsistensi meraih kebaikan tanpa dikerjakan.
Konsistensi membentuk kebiasaan, karakter dan akhlak. Konsistensi menciptakan gerakan refleks sebuah perbuatan. Konsistensi menciptakan brand image kepribadian. Apa yang dikenang tentang dirimu, itulah yang konsisten ditampilkan oleh dirimu sendiri.
Karya Besar lahir dari sebuah konsistensi. Abu Bakar Asshidiq, selalu membenarkan Rasulullah saw. Umar Bin Khatab Al Faruq, selalu tegas terhadap kemungkaran. Imam Al-Bukhari menghabiskan seluruh hidup untuk meneliti hadist. Lampu pijar, lahir dari ribuan percobaan. Apa yang sudah dikonsistenkan hingga hari ini? Apa yang akan dikonsistenkan hingga hari esok? Itulah karya terbesar yang akan tercipta. Satu konsistensi lebih berguna daripada ide brilian yang berubah-ubah.
Konsistensi tanda kestabilan emosi, pemikiran dan suasana jiwa. Konsistensi bertanda ada titik fokus dan arah kehidupan. Konsistensi bertanda keteguhan dan ketegaran terhadap aral rintangan yang menghadang. Konsistensi tanda ketidakjemuan. Mereka yang berjiwa labil, selalu berkelok-kelok mengikuti arah angin dan suasana emosi jiwa. Apa yang bisa dihasilkan dari sebuah ketidakstabilan? Negri yang tidak stabil hanya membuahkan huru-hara dan keributan saja.
Konsistensi buah dari kelongaran, hiburan, disiplin dan keteguhan. Tanpa kelonggaran dan hiburan, jiwa ditimpa kebosanan. Jiwa butuh rileksasi untuk mengambil energi. Jiwa butuh disiplin untuk fokus pada tujuan. Hanya disiplin saja, jiwa menjadi kaku dan keras. Hanya hiburan saja, jiwa terjatuh pada keterlenaan. Konsistensi hasil rumusan dan ramuan keseimbangan beragama karakter yang bertolak belakang.
Menjaga konsistensi sangat berat. Perintah beristiqamah membuat rambut Rasulullah saw beruban putih. Surga atau neraka terlihat di akhirnya, saat maut menjemput. Kondisi akhir hayat manusia merupakan perjuangan menempuh hingga titik akhir. Akhir yang baik, buah menjaga konsisten kebaikan. Akhir yang buruk, buah jiwa yang terombang-ambing antara hawa nafsu dan fitrah. Berkacalah pada perjalanan hidup Harun Yahya yang tak bisa menjaga konsistensi intelektualnya. Berkacalah pada pengusaha dan pejabat yang hancur di hari tuanya.
Ada guru Imam Bukhari yang akhirnya memusuhi sang Imam. Ada sahabat Rasulullah saw yang murtad di Habasyah. Ada yang dulunya ulama, kemudian menjadi penguasa yang kejam. Ini cermin beratnya konsistensi dan keistiqamahan. Untuk itulah nabi Yusuf berdoa agar dimatikan dalam kondisi orang yang berbakti. Untuk itulah kaum muslimin berdoa agar mati dalam berserah diri kepada Allah. Hidup yang tetap konsistensi dalam pergolakan yang tak menentu, itulah pembuktian jati diri manusia.
0 komentar: