Karya Ajip Rosidi, Buah Bacaan Masa Kecil
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Masa emas, ada di masa kecil. Tak terkecuali Ajib Rosidi, Sastrawan Sunda kelahiran Majalengka yang menjadi duta Indonesia di luar negeri untuk memperkenalkan budaya dan sastra Indonesia dan Sunda. Ajib Rosidi juga seorang sastrawan yang sangat produktif, ratusan karyanya telah diterbitkan. Bagaimana liku-liku perjalanan hidupnya?
Karya Ajib Rosidi memulai karyanya sejak berusia 14 tahun, kelas 3 SMP, dimana tulisan pertamanya diterbitkan di majalah kebudayaan Mimbar Indonesia dan Zenith pada tahun 1952. Pada 1955, buku pertamanya diterbitkan dengan judul Tahun-tahun Kematian. 1956 diterbitkan kembali karyanya yang berjudul Lipatan Setangan. Mengapa di usia tergolong muda mampu menerbitkan banyak tulisan?
Yang perlu dicermati, Ajib Rosidi belajar menulis secara otodidak. Lalu bagaimana membentuk karakter penulisannya? Kekuatan karakter karya tulis salah satunya tergantung dari kualitas bacaannya. Semakin berkualitas bacaanya, semakin berkualitas karya penulisannya. Ini salah satu kuncinya.
Bila berumur 14 tahun sudah mampu berkarya, berarti diusia berapa Ajib Rosidi mulai bergelut dengan bacaan yang berkualitas? Sejak duduk di Sekolah Rakyat, Ajib Rosidi sudah berinteraksi dengan beragam buku yang berkualitas. Apa pun bukunya habis lumat dibaca, dari ilmu alam, matematika, sosial namun dia lebih tertarik dengan buku-buku sastra.
Bagaimana pengaruh buku di masa anak-anak? Graham Greene, pengarang Inggris, berkata, "Buku yang dibaca saat anak-anak hingga usia 14 tahun, lebih dalam tertancap diingatan, lebih besar pengaruhnya terhadap kehidupan selanjutnya. Sebab saat setelah berumur, yang dibaca itu lebih banyak hanya mengkonfirmasikan, mengiyakan pengalaman kita sendiri."
Dalam hidup penuh kekurangan, bagaimana Ajib Rosidi memperoleh buku bacaan yang berkualitas? Ayahnya penjaga perpustakaan Sekolah Rakyat. Buku yang dibacanya, diterbitkan jauh sebelum kelahirannya. Buku yang dipinjamnya sangat cepat dilalap habis. Yang dibaca tidak saja pengarang orang sunda, tetapi juga saduran para penulis luar negri. Sejak usia 7-9 tahun, dia sudah membaca buku karangan asli sastrawan Sunda yang terkenal.
Interaksi Ajib Rosidi waktu kecil dengan bacaan tidak saja melalui buku, tetapi juga melalui surat kabar Sinar Madjalengka pada rubrik cerita bersambung. Saat SMP, beliau sekolah di SMP Taman Siswa Jakarta dimana para sastrawan terkenal Sutan Takdir Slisyahbana dan Usman Effendi pernah mengajar di sekolah tersebut. Inilah yang mendorongnya lebih bersemangat lagi
Saat SMP, surat kabar Indonesia Raya menjadi favoritnya. Ruang anak-anak selalu perhatiannya. Ini mendorongnya untuk menulis di rubrik tersebut. Di saat SMP pula, perkenalan dengan karya sastra berbahasa Indonesia semakin mendalam. Kegemarannya saat SMP adalah ke Pasar Senin untuk membeli buku.
Buah karya Ajib Rosidi sangat dipengaruhi oleh apa yang dibacanya disaat Sekolah Rakyat dan SMP. Kualitas tulisannya pun sangat dipengaruhi oleh apa yang dibacanya di saat kecil. Itulah pengaruh bacaan terhadap karya seorang Sastrawan Sunda yang cukup terkenal Ajib Rosidi.
0 komentar: