Kaitan Bencana Dan Maksiat
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Gempa yang menerpa Nusantara bukanlah karena dosa, maksiat dan syirik, tapi karena negri ini dalam kukungan cincin pusat gempa. Benarkah?
Mengapa jazirah Arab yang tandus, tiba-tiba muncul air dari tanah dan langit. Mengapa gunung yang paling tinggi dan kokoh, tidak bisa menyelamatkan manusia. Yang bisa menyelamatkan hanya perahu Nuh? Bagaimana ceritanya daerah tandus dan gersang tiba-tiba mengeluarkan air dari pasir dan langit?
Di siang bolong. Saat Qarun sedang memamerkan kekayaannya. Dengan membawa seluruh harta dan kuncinya. Tiba-tiba bumi terbelah. Tanpa ada tanda-tanda alam yang mendahuluinya. Apakah saat itu Mesir memang pusat bencana?
Kaum Nabi Shaleh hidup sejahtera. Saat unta nabi Shaleh dibunuh. Tiba-tiba negri itu di kepung halilintar, angin kencang, awan yang pekat dan hujan yang lebat. Kaum Nabi Luth pun seperti itu. Walau seperti itu, mereka sadar akan dosa, maksiat dan kesyirikannya. Namun mengapa masih ada anak negri yang mengatakan bahwa bencana yang terjadi bukan karena dosa, maksiat dan syirik. Tetapi karena cincin pusat gempa?
Di masa Umar Bin Khatab, saat gempa mengguncang, Umar memerintahkan taubat nasional. Tidak itu saja, saat pasukan kaum muslimin tidak bisa menguasai benteng Persia, Umar bertanya pada panglimnya, apakah ada kemaksiatan yang dilakukan? Saat Abu Bakar dan Umar melepaskan kepergian pasukannya, pesan agar tidak dikalahkan musuh adalah dengan tidak bermaksiat.
Ibnu Qayyim Al Jauzy dalam kitabnya Addawa, mengatakan bahwa kemaksiatan seseorang berpengaruh terhadap prilaku istri dan anak-anaknya hingga binatang peliharaannya. Seandainya bukan karena tumbuhan dan binatang, mungkin Allah tidak menurunkan hujan. Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda bahwa penyebab musim kemarau yang panjang adalah kikirnya suatu kaum dalam membayar zakat.
Said Musyayab, Penghulu Tabiin, saat anaknya sulit dididik, langsung mengoreksi dirinya, kemaksiatan apa yang dia lakukan? Mereka sangat peka terhadap kaitan antara musibah dengan maksiat. Keterkaitan inilah yang menyebabkan adanya perbaikan secara menyeluruh terhadap masyarakat.
Bila sebuah bencana terjadi karena cincin pusat gempa, apa yang bisa dilakukan untuk perbaikan jiwa dan moralitas bangsa? Hanya memperbaiki alat pendeteksian gempa? Atau mengosongkan daerah rawan gempa?
0 komentar: