Jalan Sempit, Pertemuan Dua Mobil?
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Mengendarai roda 4 di jalan yang sempit, yang hanya bisa di lewati oleh satu mobil saja, sungguh sangat menakjubkan. Banyak pelajaran hidup yang bisa ditemukan.
Saat ke pemandian air panas di Kawah Merah Gunung Pancar Sentul, kita akan melewati jalan yang sempit, berliku dan menanjak. Anehnya jarang di temukan mobil yang berpapasan. Anehnya, saat berpapasan dengan mobil yang lainnya selalu ada celah di pinggir jalan, sehingga salah satu mobil bisa menyisi agar mobil yang lainnya bisa berjalan lebih dulu.
Saat saya di Purwokerto Banyumas menuju Cilacap, Google maps mengarahkan jalan ke sempit, melewati bukit di tengah malam. Jalan yang hanya bisa dilewati satu mobil. Saat jalan berbelok ke kiri, ternyata ada mobil yang masuk ke jalan yang sama. Mobil tersebut, mundur lalu masuk ke perkarangan rumah orang lain. Akhirnya bisa saling bergantian melewati jalan tersebut.
Kejadian ini tidak hanya sekali, sering saya alami. Apakah ini sebuah kebetulan, atau ada yang mendesain? Bila sering terjadi, berarti ada yang mendesain sangat rapi semua perjalanan ini. Apa maknanya?
Allah yang mendesain. Allah tak pernah menubrukkan kendaraan di sebuah jalan sempit, kecuali bila kita berprilaku ugal-ugalan. Setiap mobil berpapasan di sebuah jalan sempit, pasti sudah disiapkan ruang kosong agar salah satu mobil menepi. Begitulah sebenarnya karakter kehidupan.
Permasalahannya, apakah salah satu pengendara mau mundur atau menepi? Apakah setiap pengendara saling ngotot, tidak mau menepi? Apakah menepi bertanda kelemahan diri? Bila orientasinya solusi, maka jalan menepi akan ditemukan. Bila hanya ego diri, yang terjadi pertengkaran dan tidak ada yang bisa melewati jalan tersebut. Pilih yang mana?
Perjalanan sungguh mengasyikan. Kecelakaan terjadi hanya bila pengendaranya berprilaku ugal-ugalan. Namun bila mengendarai dengan ketentraman dan mentaati rambu, kecelakaan bisa dihindari. Begitulah hidup yang sebenarnya. Jiwa yang ugal-ugalan, itulah inti persoalan sebuah perjalanan.
0 komentar: