Ibnu Rusyd, Hanya Dua Malam Tak Membaca dan Menulis
Ibnu Rusyd cendikiawan dunia yang lahir di Andalusia, sekitar Spanyol dan Portugis. Nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad. Lahir 11 April 1126 M di Kordoba. Ayah dan kakenya seorang Qadhi yang dihormati.
Ilmu awal yang ditanamkan adalah ilmu bahasa dan sastra Arab. Menghafal al-Muwatha imam Malik, ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Dalam Aqidah bermazhab Asy'ariyah. Setelah giat mempelajari filsafat, kedokteran, ilmu Alam, psikologi dan lainnya.
Keluasan Ibnu Rusyd membuat dirinya dipercaya memimpin lembaga pengkajian sains dan ilmu pengetahuan dinasti Muwahidin. Dia pun berhijrah ke Maroko yang dekat dengan Alexanderia Mesir yang merupakan kota multikutiral.
Kedekatannya dengan Alexanderia membuatnya gandrung mengkaji manuskrip Yunani di perpustakaan Alexanderia. Waktu itu, perpustakaan Alexanderia menjadi incaran pasukan Kristen Barat bukan untuk dipelajari, melainkan hendak dihancurkan karena dianggap sebagai legasi kaum pagan yang sesat.
Setelah itu, Ibnu Rusyd menjadi Qadhi di Seville, jabatan ini tidak digunakan untuk membangun ketenaran tetapi digunakan untuk belajar karena bebas mengakses koleksi buku dan manuskrip. Konon tak pernah dilewatkan malam kecuali untuk membaca dan menulis kecuali hanya dua malam saja, yaitu saat wafat ayahnya dan malam pernikahannya.
Khalifah muslim di Andalusia, mencoba menyaingi khalifah Abbasiyah yang telah membangun perpustakaa Baitul Hikmah. Lalu mendorong terjemahan sekala besar pada manuskrip yang terdapat di perpustakaan Alexanderia Mesir.
Ibnu Rusyd dianggap rival debatnya Imam Al-Ghazali. Namun banyak yang salah persepsi tentangnya. Dianggap ilmuwan sekuler liberal, mengajarkan kebenaran ganda (veritas duplex), seorang rasionalis yang enggan merujuk pada "teks", padahal yang diupayakan adalah mendobrak kejumudan berfikir dan terus berupaya pintu ijtihad dalam memahami dan menerapkan syariat.
Sumber:
Koran Republika, Ahad, 12 Desember 2021
0 komentar: