Efek Takabur
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Takabur, dari mana asalnya? Takabur bisa bersumber dari membandingkan dirinya dengan orang lain. Merasa lebih hebat dan luar biasa. Merasa lebih pintar, berkuasa dan memiliki kelebihan dari yang lain. Inilah kesalahan dalam membandingkan diri. Inilah kesalahan dalam mencari objek perbandingan. Bagaimana membandingkan diri yang bisa mengancurkan Takabur?
Bandingkan dirimu dengan Allah. Bandingkan kecerdasanmu dengan Maha Mengetahui Allah. Bandingkan kekayaanmu dengan Maha Kaya Allah. Bandingkan kekuasaanmu dengan Maha Kuasa Allah. Bandingkan keelokanmu dengan Maha Indah Allah. Lakukanlah, niscaya takaburmu menjadi penyerahan total kepada Allah.
Tawus pernah menegur Umar Bin Abdul Aziz yang dianggapnya takabur. Tawus berkata, "Tidak pantas yang didalam tubuhnya membawa kotoran melakukan kesombongan." Seorang penguasa berlaku sombong, lalu ditegur, "Asal muasalmu air mani yang menjijikan, tempat mu kuburan yang tubuhnya menjadi tulang belulang." Pahami asal dan kembalinya. Pahami kotoran yang ada didalam tubuh kita. Itu cara menghancurkan takabur.
Akal yang dibarengi dengan takabur akan dicabut kecerdasannya. Dicabut kemampuan berfikir dan analisanya. Dicabut seluruh kemuliaan akalnya. Akal tidak bisa lagi diisi oleh ilmu dan hikmah. Akal tidak lagi bisa mengenerate yang bisa menyebabkan kemuliaan dan harga diri.
Kekayaan yang dibarengi dengan takabur akan dicabut keberkahan hartanya. Dicabut sumber-sumber kekayaannya. Kekayaan yang ada tidak bisa menghasilkan kekayaan baru. Takabur menyebabkan hilang kemampuan manajemen kekayaan. Tak terarah dan terukur dalam pengelolaan kekayaannya.
Kekuasaan dibarengi takabur akan bertindak dengan kesewenang dan kezaliman. Tak ada kasih sayang dan keadilan. Yang muncul hanya menunjukkan kekuatan saja. Hilangkan kharisma yang ada menciptakan ketakutan untuk melanggengkan kekuasaannya.
Andai takabur itu masih ada. Bandingkan diri mu dengan keberadaan alam semesta. Bandingkan segala yang ada pada diri mu dengan Sang Maha Pencipta?
0 komentar: