Cara Mengusir Keraguan dari Abdullah Ibnu Rahawah
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Tanyakan pada diri bila ada keraguan. Itulah cara menghilangkan keraguan. Tanyakan sesuatu pada diri, itulah cara mengusir keraguan. Bertanya pada diri dalam setiap moment tertentu akan meneguhkan langkah dan menciptakan ketegaran. Bertanyalah ketika memulai sesuatu.
Abdullah Ibnu Rahawah pernah ragu saat ditunjuk menjadi panglima perang Mu'tah. Para panglima sebelumnya seperti Ja'far bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah sudah gugur menghadapi 100.000 pasukan Romawi. Pasukan yang dipimpinnya hanya 10.000 pasukan. Semua panglima hebatnya telah gugur, apakah dia bisa membalik keadaan menjadi sebuah kemenangan? Abdullah Ibnu Rahawah tertegun sebentar. Dia berusaha menghilangkan keraguan dari jiwanya sebelum tegar menerjang musuh.
Abdullah Ibnu Rahawah bertanya pada diri, "Apakah maju ke medan perang itu karena jumlah pasukannya yang banyak? Apakah alasan berperang itu karena kelengkapan senjata yang canggih? Apakah karena dukungan sumber daya yang kuat?" Pertanyaan itu terus menggedor jiwanya, lalu dia menemukan alasannya yang sangat kuat yaitu berperang untuk berjihad di jalan Allah, hidup mulia atau mati syahid. Seketika itu pula, keyakinannya tumbuh, keraguannya hilang. Di pelupuk matanya yang terlihat hanya jalan ke surga.
Mengilangkan keraguan bukan tentang mimpi kemenangan. Menghilangkan keraguan tentang apakah jalan yang ditempuh bagian dari membangun peradaban manusia? Apakah jalan yang ditempuh bagian membangun umat dan bangsa?
Abdullah bin Zubair, putra dari pengawal setia Rasulullah saw yang bernama Zubair bin Awwam, dia pahlawan yang menaklukan Afrika Utara dari bangsa Barbar. Saat Mekkah dikepung oleh Hajjaj Ats Tsaqafi, dia ragu untuk menghadapinya. Puluhan ribu pasukan telah mengepung Mekkah. Pelontar Majanik siap menghancurkan kota Mekkah. Menyerah atau melawan? Hatinya galau. Dengan lesu dia menghadap ibunya Asma binti Abu Bakar. Ibunya wanita yang telah berjasa mengirimkan makanan ke Rasulullah saat hijrah ke Madinah.
Sang ibu bertanya, "Apakah ananda berada di pihak yang benar? Bila kebenaran berada digenggaman majulah melawan jangan pernah lemah." Abdullah bin Zubair tiba-tiba memiliki energi, dia pun maju untuk mengusir mereka yang akan menyerang kota Mekkah. Keyakinan bukan soal keyakinan meraih kemenangan dan kesuksesan, tapi apakah langkah kita berada dalam rel kebenaran? Kebenaran yang menjadi keyakinan untuk melangkah walau ujiannya sebesar gunung dan seluas samudera.
Rasulullah saw agak ragu menghadapi pasukan Musyrikin di Badar. Menghadapi 1.000 pasukan dengan 313 pasukan. Ditengah keraguan, Rasulullah saw berdoa, "Ya Allah, bila pasukan yang kecil ini kalah, maka tidak akan ada lagi yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini?" Air mata berderai. Sorbanya terjatuh tak terasa karena khusyuknya berdoa. Abu Bakar terharu dengan doa Rasulullah saw. Abu Bakar berkata, "Sudahlah ya Rasulullah saw, Allah pasti akan mengabulkan doa mu." Doa sebuah energi untuk menghancurkan keraguan. Yakin kepada Allah, sumber dari semua keyakinan hidup. Yakin kepada Allah, energi terbesar dpalam hidup ini.
Keraguan sebuah fenomena jiwa. Pergulatan antara perasaan lemah, keterbatasan sumber daya dengan keinginan kemenangan dan kesuksesan. Bila mengelolanya benar, maka keraguan akan menuju pada keyakinan. Bila salah, keraguan akan menghentikan langkah.
0 komentar: