Bisnis Bagi Sufi
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Para Ilmuwan Barat menjuluki Junaid Al Baghdadi sebagai Sufi besar yang terakhir. Namun bagaimana dia menghidupkan dirinya? Berbisnis hingga mencapai omset tertentu pada hari tersebut lalu dia menutup tokonya.
Abdullah Ibnu Mubarak, pengarang kitab Zuhud seorang ulama besar, darimana hidupnya? Bisnisnya sendiri. Untuk apa? Menjaga harga diri dihadapan penguasa. Agar tetap kritis dan tidak menundukkan diri pada mereka yang menggenggam kekuasaan dan kekayaan.
Hamka pada buku serial Tasawufnya mendorong agar kaum muslimin berbisnis untuk menjaga harga diri tidak mengais dihadapan orang lain. Hamka menukil pembicaraan antara seorang Ratu Inggris dengan putrinya. Mengapa harus belajar menyulam, menjahit dan memasak? Padahal dia seorang putri raja? Dijawabnya bahwa gelombang hidup tak ada yang tahu. Bisa jadi hari ini tinggal di Istana, namun esok sudah tinggal di hutan karena kerajaanya sudah dirampas oleh pemberontak atau direbut raja lain.
Siapa yang menopang dana perang Sabil Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro? Dia seorang ulama pebisnis. Walau akhirnya dia syahid di perang Jawa tersebut.
Hasan Al Banna, Da'i terbesar abad ini, memberikan pesan khusus kepada para juru dakwah. Jadilah pebisnis setinggi apa pun level jabatan kita. Karena pergolakan hidup tak ada yang tahu.
Hermawan Kartajaya, Begawan Marketing, pernah terheran-heran dengan umat Islam. Nabinya, Rasulullah saw, seorang pebisnis, mengapa umatnya tidak bergelut dalam dunia bisnis? Dibawah 2% kaum Muslimin yang bergelut dalam bisnis.
Siapa mengurus makanan, minuman, sandang dan papan umat ini? Siapa yang menggengam urusan umat ini? Kaum musliminkah? Atau diserahkan kepada umat lain? Umat yang mandiri, selalu mengurusi dirinya sendiri. Tidak berbangga menjadi penonton saja!
0 komentar: