Berakar Cinta Jangan Benci
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Perpecahan tanda hilangnya ikatan hati. Hati itu hanya bisa berhimpun bukan dengan kekuatan, kekerasan, kedisiplinan dan menebar ketakutan, tetapi dengan saling mencintai. Adakah lautan cinta dalam hati?
Mencintai bukan karena parasnya, kekayaannya, segudang kelebihannya. Adakah tanda-tanda bahwa Allah mencintainya? Bila itu ada, maka cintailah. Persepsi cinta kita adalah persepsi cinta Allah kepada manusia. Manusia belum tentu mencintai Allah, namun Allah pasti mencintai manusia. Semua tergambar dalam Rahman-Rahim-Nya Allah.
Atas dasar cinta, Allah merekayasa semua kehidupan semesta. Atas dasar cinta, Allah memperlakukan takdir manusia, baik mukmin, munafik dan kafir. Cinta Allah merata diberikan kepada manusia, kepada semua manusia tak peduli agama, suku dan bangsanya. Bila sikap Allah seperti itu, maka seperti itu pula cinta kita pada seluruh makhluk.
Apa dorongan memperlakukan orang lain? Apa dorongan memperlakukan semesta? Cinta, benci, kesal atau marah? Tanyakan motivasinya sebelum bertindak. Bila alasan cinta, maka buah sikapnya untuk mendidik, membangun, memperbaiki dan mengembangkan. Bila alasannya bukan cinta, sikap kita hanya berorientasi untuk menghancurkan dan membumihanguskan semata. Adakah dasar cinta dari tindakan dan sikap kita?
Cinta akan membuahkan kebaikan, walau semua orang membenci dan memusuhi sikap kita. Namun cinta kadang sulit dimengerti oleh yang dicintai. Allah mencintai manusia. Namun manusia tak memahami cinta Allah. Jadi perlu memahami bahasa cinta?
Muhammad Nuri, seorang Sufi, suatu hari di perahu menemukan 6 gentong berisi minuman keras. Ternyata gentong itu untuk petinggi negara. Maka Muhammad Nuri menghancurkan gentong tersebut satu per satu. Namun ketika di gentong terakhir, dia menghentikan tindakannya. Saat ditangkap oleh petinggi negara, mengapa menyisakan satu gentong, dia menjawab, "5 gentong aku hancurkan karena cinta seorang ulama pada penguasa agar tidak jatuh pada keburukan. Namun saat akan menghancurkan gentong ke 6 yang ada motivasi marah dan kesal pada penguasa, maka tidak dilanjutkan penghancuran gentong yang terakhir." Mendengar kata itu sang petinggi negara tak jadi menghukumnya. Menghancurkan kemungkaran dan keburukan pun harus berdasarkan cinta.
Cinta kadang membuahkan sikap tegas dan lembut. Tegas dan lembutnya untuk kebaikan. Namun yang dicintai kadang tak memahami kebaikan untuk dirinya sendiri. Inilah yang menyebabkan cinta menuai penolakan. Tak memahami rasa cinta, tak memahami bahasa cinta. Seperti kaum para Nabi yang menolak ajaran Nabinya. Namun bila diri dipenuhi rasa cinta, dia tidak akan pernah berhenti untuk melangkah dan berbuat. Karena cinta tak pernah melahirkan keputusasaan dan ketidakpedulian. Seperti nabi Nuh, yang terus berdakwah hingga 900 tahun lamanya.
Cinta adalah energi tertinggi untuk bergerak dan berkarya. Cinta adalah energi terbesar yang ada di alam semesta. Tanpa cinta yang ada hanya penghancuran semata. Adakah lautan cinta dalam hati kita?
0 komentar: