Balaghat, Tanda Keistimewaan Pemimpin
Kata-kata yang membekas sampai ke dalam hati sanubari, tentu saja kata-kata yang oleh yang mengucapkannya pun keluar dari lubuk hati sanubari pula. Kefasihan berkata-kata dan memilih butir-butir kata adalah keistimewaan seorang pemimpin. Apatah lagi Rasulullah saw selain daripada menerima wahyu yang penuh dengan fashahat dan balaghat.
Itu sebabnya Nabi Musa ketika mulai menerima pelantikan Allah menjadi Rasul, menyatakan terus terang kepada Allah, bahwa dua tidak ahli dalam memilih kata-kata, lidahnya agak kelu bercakap. Itu sebabnya dia diberi pembantu oleh Allah, yaitu Nabi Harun saudaranya.
Rasulullah saw yang berdiam di masa muda di Mekah, tempat berkumpulnya kabilah-kabilah Arab tiap tahun, mengertilah beliau langgam (cara pengucapan) tiap-tiap persekutuan Arab. Sebab langgam Quraisy lain, langgam Madinah lain, langgam suku dari Hadramaut dan Yaman berbeda pula.
Rasulullah saw mengenal langgam itu sehingga apabila berhadapan dengan mereka, beliau bisa masuk ke dalam hati sanubari mereka, dengan memakai langgam mereka. Tetapi sebagai langgam pemersatu ialah langgam Quraisy, yang telah ditentukan Allah menjadi standar umum bahasa Arab, sampai sekarang, dengan dipilihnya menjadi bahasa wahyu.
Allah menyuruh Rasulullah saw, khusus di dalam meladeni orang-orang yang lemah iman, ragu-ragu, pikiran bercabang itu, hendaklah diberi ajaran dengan memakai kata-kata yang berbalaagah. Hal ini bukan supaya Nabi lebih dahulu belajar ilmu tersebut kepada ahli syair, ahli retorika, dan ahli pidato, sebab dengan tuntunan wahyu dan ilham, Kitab dan Hikmat, Rasulullah saw itu sendiri sudah menjadi samudera balaagah.
Balagaah sebagai ilmu belum ada di zaman Rasulullah saw, retorika, ilmu bagaimana berpidato yang menarik tidak pernah dipelajari Nabi kepada orang lain. Syair-syair jahiliyah pun beliau tidak paham dan tidak minat. Tetapi wahyu telah menuntunnya menjadi ahli balaagah utama sehingga dapat mengumpulkan 124.000 mujahidin yang kelak akan mengembangkan Islam ke Timur dan Barat.
Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 2, Buya Hamka, GIP
0 komentar: