Aksi Peduli Baitul Maqdis Ulama Nusantara di Era Kolonial Belanda
Yahudi berada di pihak Inggris pada perang Dunia I (1914-1917). Tiba-tiba mereka yang tak punya hak di Palestina mengaku pemilik sahnya. Kekalahan Turki Utsmani di Perang Dunia dari Inggris dan serangan Jenderal Allenby berhasil menaklukkan Baitul Maqdis yang menganggapnya sebagai kemenangan Perang Salib menjadi awal kezaliman terhadap Baitul Maqdis.
Kondisinya semakin diperparah dengan perjanjian Arthur Balfour yang memberikan Yahudi tanah air khusus di Palestina. Gerakan Turki Muda yang berkolaborasi dengan Yahudi pada Maret 1924 berhasil menghancurkan institusi kekhalifahan di Turki.
Rakyat Palestina melakukan perlawanan besar-besar pada 1936 terhadap Inggris dan Yahudi yang mendapat perhatian dunia. Sebelumnya, rakyat Palestina juga sudah melakukan perlawanan secara sporadis. Perang ini memberikan legitimasi bagi Inggris membagi wilayah Palestina menjadi tiga, kawasan untuk Yahudi, Yordania dan Muslim.
Di Nusantara, kalangan Islam memandang sikap Inggris dan Yahudi terhadap rakyat Palestina sebagai penjajahan terhadap muslimin. Sedangkan kalangan Nasional Sekuler memandang sebagai konflik agama belaka.
Respon sangat keras umat Islam Nusantara langsung datang dari aktivitas gerakan modern seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al-Irsyad, Persis dan lainnya dengan mendeklarasikan berdirinya Majelis Islam A'la Indonesia pada 1935, sebuah konfederasi berbagai organisasi gerakan Islam.
Mereka membentuk komite khusus sebagai tanda kepedulian kepedulian yang sangat serius terhadap persoalan Palestina. Komite ini diketuai oleh Wondoamiseno dari Sarekat Islam dengan nama Komite Palestina.
Peresmian Komite Palestina dilaksanakan dalam satu acara Rapat Akbar Umat Islam di Gedung Al-Irsyad Surabaya pada 5 Juli 1937 yang dihadiri 2.000 peserta dari 33 utusan perhimpunan, dan 13 wartawan dari berbagai media. Berbagai tokoh pergerakan Islam tampil sebagai pembicara.
Sumber:
Jasa Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U
0 komentar: