7 Nasib Tragis yang Menimpa Keturunan Pembantai Muslimin di Andalusia
Ratu Isabella atau Isabel I dari Kastila adalah putri Juan II dari Kastila dan Leon bersama dengan Isabel dari Portugal. Isabella yang berasal dari wangsa Trastamara ini menikah dengan Fernando II, Raja Aragon pada 19 Oktober 1469.
Ratu Isabella adalah orang yang membiayai penjelajahan Christopher Columbus untuk menemukan dunia baru. Ia juga merupakan pemantik awal bagi bangsa-bangsa di Eropa untuk melakukan penjelajahan samudera sekaligus menerapkan kolonialisme di berbagai wilayah di dunia. Sepak terjang Ratu Isabella yang tak kenal ampun pada wilayah yang ingin didudukinya membuatnya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia.
Selain itu, Ratu Isabella tentu saja paling dikenal karena berhasil menguasai Granada, benteng terakhir umat Islam di Andalusia. Tak hanya itu saja, kisahnya yang melakukan pengusiran dan pembantaian umat Muslim dan Yahudi dari tanah Spanyol begitu dikenang.
Dia mendirikan inkuisisi Spanyol di mana umat Muslim dipaksa untuk murtad atau akan disiksa dan dibunuh dengan kejam. Bahkan ada salah satu peristiwa di mana umat Islam Spanyol dijanjikan untuk dikeluarkan dari Spanyol dengan kapal, namun kapal tersebut dibakar dan mereka yang tengah menunggu di pelabuhan dibantai hingga tak tersisa seorang pun.
Kekejaman Ratu Isabella memang telah melegenda. Namun rupanya beberapa tahun terakhir menjelang akhir hayatnya ia mendapatkan balasan atas segala yang telah diperbuatnya. Deretan kisah tragis dan nasib naas menimpa anak dan cucu keturunan Ratu Isabella. Inilah 7 Balasan dan Nasib Tragis yang Menimpa Anak Cucu Keturunan Ratu Isabella.
1. Sang Putri Sulung yang Malang
Isabel adalah putri pertama Ratu Isabella dan Raja Ferdinand. Pada tahun 1479 melalui perjanjian Alcacovas, Putri Isabel dijodohkan dengan cucu Afonso V, Afonso, yang usianya 5 tahun lebih muda dari sang Putri. Perjanjian itu menetapkan bahwa Isabel dan Fernando wajib membayar mas kawin dalam jumlah besar untuk putri mereka. Selain itu juga Isabel diharuskan tinggal di Portugal sebagai jaminan bahwa orang tuanya akan mematuhi perjanjian tersebut.
Afonso adalah putra semata wayang dan pewaris raja Joao II. Meskipun pernikahan itu berjalan dengan mulus, namun rupanya itu hanya sementara. Pada Juli 1491, Afonso meninggal dunia mendadak. Ia terbunuh dalam kecelakaan berkuda. Isabel begitu bersedih dan larut dalam duka yang dalam.
Isabel lalu dikirimkan kembali ke Spanyol atas permintaan Ratu Isabella. Namun Isabel tetap berduka. Ia bahkan melaparkan dan juga mencambuk dirinya sendiri. Hal ini dilakukannya sebagai bagian dari rasa berkabung atas kematian suaminya.
Isabel kemudian menikah lagi dengan Manuel I dari Portugal pada September 1497. Isabel hamil dan melahirkan seorang putra, Miguel da Paz pada 23 Agustus 1498. Namun hanya satu jam setelah melahirkan putranya itu, Isabel meninggal dunia. Usianya baru 27 tahun saat itu.
2. Miguel da Paz, Cucu Isabel yang Tak Pernah Naik Tahta
Miguel de la Paz de Avis y Trastamara adalah putra semata wayang Isabel dan Manuel I dari Portugal yang lahir pada 23 Agustus 1498. Ibunya, Isabel, meninggal dunia sesaat setelah melahirkannya.
Miguel da Paz yang merupakan cucu pertama Ratu Isabella ini digadang-gadang akan menjadi pewaris Portugal dan Asturias, menjadi penguasa Portugal dan Spanyol. Ia disumpah sebagai ahli waris oleh tiga istana sekaligus, Istana Portugal, Kastila, dan Spanyol.
Namun rencana itu runtuh seketika ketika sang pewaris tahta meninggal dunia saat usianya masih 2 tahun. Miguel meninggal dunia pada 19 Juli 1500. Ratu Isabella begitu terpukul dengan kematian cucu pertama laki-lakinya ini. Apalagi sebelumnya sang ratu juga telah kehilangan putra semata wayangnya.
3. Kematian Sang Pangeran Asturias
Ratu Isabella memiliki putra semata wayang bernama Juan atau John yang bergelar Pangeran Asturias. Anak kedua Isabella ini merupakan anak laki-laki satu-satunya sekaligus kesayangan sang ratu. John memiliki tempat istimewa di hati ratu. Isabella bahkan seringkali memanggilnya dengan sebutan "malaikatku".
Begitu cintanya Isabella pada putranya itu, pada ekspedisi Columbus (yang perjalanannya dipelopori dan dibiayai oleh Isabella) tahun 1492 menemukan sebuah pulau yang kemudian dinamai Isla Juana yang merujuk pada Juan sang Pangeran.
Juan atau John dijodohkan dengan Margaret dari Austria yang merupakan putri Maximilian saat usianya 18 tahun pada 3 April 1497. Namun pernikahan itu baru seumur jagung saat 6 bulan setelah pesta besar digelar, sang pangeran meninggal dunia. Sang pangeran dikabarkan sakit keras di Salamanca. Ratu Isabella yang mendapatkan kabar tentang sakit sang putra segera pergi ke Salamanca dan mendapati putra semata wayangnya tengah sekarat. John meninggal pada 4 Oktober 1497.
Sementara itu dua bulan kemudian Margaret melahirkan bayi hasil pernikahannya dengan John. Sayangnya bayi perempuan itu lahir prematur dan tak selamat.
4. Juana si Gila
Juana adalah anak ketiga Isabella dan Ferdinand. Ia menikah di usia yang sangat muda, 16 tahun dengan Felipe atau Philip si Tampan, putra Maximilian I, Kaisar Romawi Suci. Tak lama setelah pernikahan itu, Isabel, kakak tertua Juana meninggal dunia yang kemudian disusul dengan kematian Juan atau John pada tahun 1497.
Setelah kematian kedua kakaknya dan juga anak-anak mereka, Juana kemudian menjadi pewaris Kastila, Leon, dan Aragon. Ia kemudian disumpah sebagai pewaris kerajaan dan bergelar putri Asturias setelah itu.
Namun rupanya pernikahan Juana dan Philip tak berjalan mulus. Sejak awal memang terlihat bahwa Juana begitu mencintai suaminya, sebaliknya sang suami tak memiliki perasaan sebesar yang dimiliki Juana. Memiliki tempramen dan sikap yang buruk, Juana terkadang mengamuk tak terkendali dan sering menghempaskan dirinya ke tembok mana kala sang suami terlihat melihat ke wanita lain.
Ratu Isabella bahkan pernah mengurungnya di Kastil La Monda di Medina del Campo. Namun tabiat buruk Juana makin menjadi-jadi kala suaminya pergi meninggalkannya. Juana menyusul sang suami dan di sana ia sempat menyerang seorang wanita dengan gunting karena cemburu.
Dalam bidang pemerintahan, Juana juga benar-benar tak beruntung. Begitu ibunya, Ratu Isabella wafat, ia hanya menjadi Ratu sebagai simbol, sementara yang menjalankan kerajaan adalah ayahnya yang mengatakan pada parlemen bahwa Juana menderita gangguan mental.
Felipe meninggal dunia secara mendadak. Rumornya ia diracun oleh mertuanya sendiri. Sementara itu kegilaan Juana semakin menjadi. Ia menolak untuk menguburkan jasad suaminya dan membawanya ke mana pun. Juana meninggal dunia dalam pengasingan setelah putranya sendiri, Karl, menempatkannya di biara Santa Clara hingga kematian menjemputnya.
5. Maria yang Meninggal Usia Muda
Maria menikah dengan duda kakaknya Isabel, Manuel I pada tahun 1500. Maria merupakan putri Isabella yang tak menonjol. Tak banyak kisah tentangnya yang ditulis. Anak ke empat Isabella ini meninggal dunia di usia yang cukup muda, 34 tahun tak lama setelah melahirkan anaknya. Ia meninggal di Lisbon pada 7 Maret 1517 dan dimakamkan di Jeronimos Monastery of Belem.
6. Catherine dari Aragon, Istri yang Tak Bahagia
Catherine dari Aragon adalah putri bungsu Ratu Isabella dan nasibnya tak jauh lebih baik dari pada keempat kakaknya. Ia menikah dengan Raja Arthur pada 1501. Namun pernikahan itu hanya berlangsung setahun. Pada tahun 1502 Arthur meninggal dunia.
Catherine kemudian menikah lagi dengan Henry VIII dari Inggris di tahun yang sama dengan kematian Arthur. Awalnya pernikahan Catherine dan Henry berjalan dengan mulus, keduanya tampak bahagia apalagi ketika kelahiran putra pertama mereka yang sangat dinantikan.
Namun putra pertama yang lahir tahun 1510 itu hanya bertahan 7 minggu saja. Setelah itu Catherine sempat melahirkan anak-anak lainnya namun sayangnya sebagian dari mereka meninggal saat bayi sedangkan sisanya tak bertahan hingga dewasa. Satu-satunya yang selamat adalah seorang perempuan, Putri Mary.
Demi mendapatkan putra untuk meneruskan Dinasti Tudor, Henry kemudian mulai mencari wanita lainnya. Ia lalu menikah dengan Anne Boleyn yang merupakan mantan dayang Catherine. Henry bahkan menuntut perceraian dengan Catherine dan mendesak Paul Klemens untuk memuluskan niatnya tersebut. Namun Catherine tetap pada pendiriannya mempertahankan pernikahannya.
Masalah yang terus menerus mendera Catherine membuatnya terlihat sangat lelah dan tua. Ia banyak menghabiskan harinya dengan berdoa. Kondisi kesehatan Catherine terus memburuk hingga ia divonis menderita kanker.
Di akhir hidupnya ia menolak semua makanan karena berpikir Henry akan meracuninya yang tentu saja memperburuk kondisi kesehatannya. Catherine sekarat pada akhir tahun 1535, namun tetap bertahan dengan kondisi yang sudah sangat parah.
Tubuhnya begitu kurus hingga ia bahkan tidak sanggup untuk sekedar duduk di ranjangnya. Ia juga memuntahkan semua makanan yang ditelannya. Catherine wafat pada 9 Januari 1536.
7. Ratu Mary I dari Inggris, Sang Bloody Mary
Mary I dari Inggris atau Mary Tudor adalah penguasa Inggris dan Irlandia. Ia adalah putri Catherine dari Aragon dan Raja Henry VIII. Mary adalah pewaris tahta pertama Inggris, saingannya adalah Edward VI yang merupakan putra Henry dengan Jane Seymor serta Elizabeth yang merupakan putri ayahnya bersama Anne Boleyn.
Masa kekuasaan Mary I awalnya baik. Rakyat menyukai ratu Mary. Namun seiring berjalannya waktu dan ambisinya ia menghukum mati hampir 300 orang penentangnya. Mereka dieksekusi mati dengan digantung dan sisanya dibakar hidup-hidup. Termasuk di dalamnya Guildford y dan Lady Jane Gray. Kekejaman neneknya Isabel tampaknya telah menurun kepada Mary.
Begitu kejamnya sang ratu sampai-sampai rakyat menjulukinya sebagai Bloody Mary. Rakyat Inggris menjadi benci pada Mary, mereka kemudian menaruh simpati pada saudara sekaligus saingannya, Elizabeth yang kelak akan menjadi ratu Inggris.
Kehidupan pernikahan Mary pun tak kalah mengenaskan. Ia menikah dengan pria yang begitu dicintainya, Philip II dari Spanyol. Namun sayangnya cinta itu hanya sepihak saja. Philip tak begitu mencintai Mary. Ia menikahi Mary karena terpaksa atas permintaan ayahnya, Raja Charlos yang ingin bersekutu dengan Inggris.
Setelah beberapa waktu setelah pernikahannya, Mary merasa ia sedang mengandung. Pesta pun digelar dengan meriah untuk menyambut kelahiran anaknya. Namun rupanya kehamilan itu hanyalah kekeliruan. Mary sebenarnya tak pernah mengandung. Ia akhirnya mengakui itu. Kejadian ini membuatnya terpuruk dalam kesedihan. Belum lagi kenyataan bahwa Philip II pergi meninggalkannya.
Ratu Mary sakit dalam kondisi menyedihkan. Ia sekarat pada November 1558. Dalam keadaan sekarat itu ia meracau melihat anak-anak kecil dalam mimpinya. Mary kemudian meninggal pada 17 November 1558. Berita kematiannya segera menyebar ke seantero Inggris yang disambut suka cita rakyat. Mereka menari-nari di jalanan dan lonceng-lonceng berdentangan. Kematian cucu Isabel ini tampak seperti kemerdekaan bagi rakyat Inggris.
https://www.merinding.com/2019/05/7-nasib-tragis-yang-menimpa-keturunan-ratu-isabella.html?m=1
0 komentar: