Umar Memasuki Yerusalem dengan Berjalan Kaki, Sedang Budaknya Menaiki Unta
Ketika pengepungan kaum Muslimin atas Baitul Maqdis semakin kuat tahun 636 M, Patriark Sofronius melihat para pengepung dari atas tembok kota. Dia pun berkata kepada mereka, "Kami akan menyerah tetapi dengan syarat kami menyerah langsung kepada pemimpin kalian."
Maka datanglah pemimpin pasukan mereka kepadanya. Lalu Sofronius berkata, "Tidak, tetapi kami ingin pemimpin besar, kami ingin Amirul Mukminin." Maka pemimpin pasukan itu bersurat kepada Umar bin Khatab, "Sesungguhnya kaum ini ingin menyerahkan kota, tetapi mereka memberikan syarat menyerahkannya langsung kepada anda."
Umar pun berangkat dari Madinah menuju Baitul Maqdis dengan membawa satu unta tunggangan dan satu budak. Ketika berada di kawasan luar Madinah dia berkata kepada budaknya, " Kita ada dua orang dan satu unta. Jika aku naik unta dan engkau berjalan maka aku menzalimimu. Jika engkau naik unta dan aku berjalan maka engkau menzalimiku. Jika kita berdua naik unta maka kita akan menghancurkan punggungnya. Sebaiknya kita bagi tiga giliran."
Umar menaiki unta dalam satu perjalanan, menggiring unta dalam satu perjalanan, dan membiarkan unta itu tidak dinaiki keduanya dalam satu perjalanan. Demikian Umar membagi giliran perjalanan itu antara dirinya, budaknya dan untanya, dari Madinah sampai mencapai gunung yang berada di atas Yerusalem. Bertepatan dengan sampainya Umar, giliran berkendaraannya telah habis maka bertakbirlah dia dari atas untanya.
Selesai bertakbir, dia berkata kepada budaknya, "Sekarang giliranmu,.... tunggangilah." Maka budaknya pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, jangan Anda turun dan saya tidak akan naik. Sungguh kita menuju ke suatu kota yang beradab dan berkebudayaan
Disana terdapat kuda-kuda menawan yang berpelana dan berkereta-kereta berlapis emas. Jika kita memasukinya dalam kondisi ini - Saya naik unta dan Amirul Mukminin menggiring dan membawa tali kekangnya- mereka akan menghina dan merendahkan kita. Bisa jadi hal ini akan mempengaruhi kemenangan kita."
Umar pun berkata, "Giliranmu, apabila sekarang adalah giliranku tentu aku tidak akan turun dan kamu tidak naik. Sedangkan sekarang giliranmu, demi Allah aku pasti turun dan kamu yang naik." Umar pun turun dan budak itu naik unta, lalu Umar mengambil tali kekangnya. Ketika sampai di tembok kota, terlihat kaum Nasrani menyambutnya di luar Gerbang. Mereka dipimpin oleh Patriark Sofronius.
Ketika mereka melihat Umar memegang tali kekang unta sedang budaknya berada di atas untanya, mereka pun mengagungkannya dan tersungkur sujud padanya. Maka budaknya pun mengibaskan tongkatnya dari atas untanya dan berkata kepada mereka, "Celakalah engkau, angkat kepala kalian. Sungguh tidak selayaknya sujud kecuali kepada Allah."
Setelah mengangkat kepala mereka, Patriark Sofronius merunduk dan menangis. Umar merasa tersentuh dengan hal ini, maka Umar pun menghampirinya, memperbaiki suasana hatinya dan menghiburnya, "Jangan bersedih, santai saja! Dunia ini berputar, terkadang memihak kepadamu dan terkadang berpaling darimu."
Patriark Sofronius berkata, "Apakah engkau mengira bahwa kami menangis karena kehilangan kekuasaan? Demi Allah, bukan karena itu kami menangis. Tetapi karena saya yakin bahwa negri kalian akan bertahan sampai akhir zaman sampai akhir zaman dan tidak akan terputus. Pemerintah zalim hanya akan bertahan sesaat dan pemerintah adil akan bertahan sampai akhir zaman."
Sumber:
Siapa Orang Asli Palestina?, Zafarul Islam Khan, Alvabet
0 komentar: