Tokoh Islamisasi di Tataran Sunda Sebelum Sunan Gunung Jati
Puncak keberhasilan dakwah Islam di Tataran Sunda di era Sunan Gunung Jati. Dia berhasil mendirikan kesultanan Cirebon, Banten dan mengusir penjajah Portugis dari Sunda Kelapa. Namun, sang Sunan bukan orang pertama yang membawa Islam ke tataran Sunda.
Berdasarkan sumber lokal tradisional dipercaya yang pertama menyebarkan Islam di Tataran Sunda adalah Haji Purwa (Purwa berarti pertama). Panggilan ini ditujukan kepada pangeran Bratalegawa, putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewantara, Raja Galuh. Dia menyerang tahta kepada adiknya dan lebih memilih sebagai saudagar besar.
Sebab profesinya ini, dia terbiasa berlayar ke Sumatera, China, India, Srilanka, Iran hingga ke Arab. Dia menikah dengan seorang muslimah dari Gujarat yang bernama Farhana binti Muhammad. Melalui pernikahan ini, pangeran Bratalegawa memeluk Islam lalu menunaikan haji dengan julukan Haji Baharuddin. Lalu menetap di Cirebon Girang yang masih berada di bawah kekuasaan Galuh.
Saat itu pengaruh Hindu masih sangat kuat. Menurut Buya Hamka, Haji Purwa sudah berusaha berdakwah di Istana namun gagal dan akhirnya pergi dari Istana untuk meneruskan pengembaraannya.
Bila cerita ini bisa menjadikan dasar, bila dikaitkan dengan usia kekuasaan Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewantara yang berkuasa selama 14 tahun dari 1357 M hingga 1371 M, maka dapat diketahui bahwa keislaman dan dakwah Pangeran Bratalegawa atau Haji Purwa terjadi pada abad 14 M.
Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, pada abad ke 14 telah datang ke Tataran Sunda seorang Syeikh Nurjati dari Persia bersama 12 muridnya untuk menyebarkan Islam. Atas ijin penguasa, dia diperbolehkan menetap di Muarajati Cirebon dan mendirikan pesantren.
Ketika Majapahit masih berdiri, Kapal Laksamana Ceng Ho dari Tiongkok berlabuh di Karawang. Seorang ulama yang bernama Syeikh Qura memilih tinggal di Karawang dan menikah dengan Ratna Sondari putri penguasa Karawang. Sedangkan Ceng Ho meneruskan perjalanannya. Syeikh Qura membangun pesantren dan leluasa menyebarkan ajaran Islam.
Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U Media
Sejarah Umat Islam karya Buya Hamka, GIP
0 komentar: