Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Buah Makrifat Ulama Nusantara
Tarekat sebagai sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah telah berkembang sangat pesat. Tarekat bukan hanya sebagai metode pembersihan hati dengan zikir, wirid, shalawat semata, namun sudah melembaga menjadi lembaga-lembaga formal sufi. Agar terhindar dari ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan al-Quran dan Sunah, kaum sufi mengelompokkan tarekat menjadi tarekat qodariah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Syatariyyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Tijaniyah, danTarekat Samaniyah.
Nah siapa tokoh Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah? Apa ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah?
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah sebuah tarekat yang didirikan oleh seorang sufi besar asal Indonesia, yakni Syakh Achmad Khatib al-Syambasi. Beliau adalah ulama besar Nusantara yang tinggal di Mekah sampai akhir hayatnya. Tarekat ini merupakan gabungan dari dua tarekat, yaitu tarekat Qadiriyah dan tarekat Naqsabandiyah. Tradisi tarekat Qadiriyah memiliki kebebasan bagi yang telah memikili derajat mursyid. Gabungan dari dua tarekat ini menjadi tarekat baru dan berdiri sendiri. Penggabungan ini bisa dilakukan karena Syaikh Achmad Khatib al-Syambasi adalah mursyid Tarekat Qadiriyah. Sebagai seorang mursyid Syaikh Achmad Khatib memiliki otoritas untuk memodifikasi tersendiri tarekat yang dipimpinnya.
Menurut Naquib al-Attas seorang cendekiawan dan filosof muslim, Syakih Sambas adalah seorang syaikh dari dua tarekat, Tarekat Qadiriyyah dan Naqsabandiyah. Namun, dia tidak mengajarkan kedua tarekat tersebut secara terpisah tetapi mengkombinasikan keduanya. Sehingga tarekat kombinasinya dapat dilihat sebagai sebuah tarekat yang baru, berbeda dari kedua tarekat asalnya. Sambas juga merupakan ulama yang handal, unggul didalam tiap-tiap cabang pengetahuan Islam dan menguasai hukum fiqih empat mazhab. Keahlian yang luas ini menyebabkan beliau menggunakan pendekatan yang menyeluruh untuk memahami tarekat, terutama keputusannya mendirikan TQN (Tarekat Naqsabandiyah wa Qadiriyah).
Pada masanya telah ada penyebaran tarekat Naqsabandiyah di kota suci Makkah maupun Madinah, maka sangat dimungkinkan dia mendapat bai’at dari tarekat tersebut. Kemudian dia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut yaitu tarekat Qadiriyah wa Naqsabanidiyah dan mengajarkan kepada murid-muridnya, khususnya yang berasal dari Indonesia.
Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Kesempurnaan Suluk, yaitu keyakinan bahwa kesempurnaan sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt jika berada dalam 3 (tiga) dimensi keimanan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ketiga term ini merupakan rangkaian ajaran yang dikenal juga dengan sebutan syariat, tarekat dan hakikat.
Adab, yaitu adab seorang murid kepada mursyid adalah ajaran yang sangat prinsip dalam tarekat. Adab atau etika murid kepada mursyid-nya diatur sedemikian rupa menyerupai adab para sahabat terhadap Nabi. Hal ini diyakini karena hubungan antara murid dan mursyid sebagai cara melestarikan ajaran Nabi Muhammad Saw.
Dzikir. Tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah dikenal dengan tarekat dzikir. Dzikir dilakukan terus menerus, sebagai suatu latihan psikologis agar seseorang dapat mengingat Allah Swt disetiap waktu dan kesempatan. Dzikir adalah bentuk cinta kepada Allah. Sebab orang yang mencintai sesuatu tentunya akan menyebut nama yang dicintainya.
Muraqabah, yaitu latihan psikologis untuk menanaman keyakinan yang mendalam bahwa ibadahnya seorang hamba dilakukan dengan penuh kesadaran seolah-olah mereka melihat Allah Swt.
0 komentar: