Syeikh Mustafa Abdulllah Payakumbuh Bergembira Saat Putranya Syahid Ditembak Belanda dari Arah Depan
17 Januari 1949 Belanda melakukan serangan dan serbuan besar ke Republik indonesia. Di Payakumbuh, spionase Belanda berhasil mengumpulkan informasi tempat berkumpulnya pimpinan gerilya Republik.
Tempat tersebut sudah dikepung pada malam hari. Agar mudah menangkapnya, Belanda menunggu siang hari untuk menangkap hidup-hidup atau membunuh pemimpin gerilya.
Saat pemimpin gerilya hendak mengambil air wudhu shalat Subuh, seorang diantara pemimpin Gerilya melihat Belanda sudah mengepung tempat persembunyian mereka. Moncong senjata semuanya sudah menghadap mereka.
Belanda bersorak menyerukan mereka menyerah, tetapi tak satu pun yang berniat menyerah, semuanya melawan. Karena ketatnya kepungan, senapan menyerbu dari segala arah sehingga banyak yang tewas. Diantaranya Bupati Harisun, Pimpinan Pertahanan Rakyat Khatib Sulaiman, Letnan Munir Latif, Sersan Tantaw Mustafa.
Sersan Tantawi Mustafa, putra dari Syeikh Mustafa Abdulllah yang telah puluhan tahun membuka pengajian di suraunya Padang Panjang dan Payakumbuh. Berita ini pun disiarkan oleh kurir ke Syeikh Mustafa Abdulllah. Bagaimana reaksinya?
Saat para perempuan menangis tersedu-sedu menerima kabar tersebut. Syeikh Mustafa Abdulllah justru bertanya kepada kurir tentang di bagian mana agaknya luka sang putranya?
Setelah diterangkan bahwa dada putranya remuk terkena peluru di bagian dada dari arah depan, barulah Syeikh Mustafa Abdulllah merasa lega. Mukanya menjadi jernih bersinar. Rasa bahagia menyelimutinya karena yakin bahwa putranya mati syahid dalam mempertahankan kalimat Allah bukan mati lari karena pengecut.
Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 3, Buya Hamka, GIP
0 komentar: