Proses Samudera Pasai dan Banda Aceh Jadi Kota Muslim
Samudera Pasai sebelum kedatangan dan penyebaran Islam hanyalah sebuah kampung yang dikepalai kepala suku. Walaupun belum menjadi kota, kampung tersebut sudah berfungsi sebagai tempat persinggahan para pedagang muslim sejak abad ke-7 M. Wajarlah bila di abad ke-13 kampung tersebut menjadi ibukota yang bercorak Islam dan pusat perdagangan hingga abad 16.
Di tahun 1512-1515, kota Pasai baru berpenduduk 20.000 orang. Uangnya terbuat dari emas dan perunggu dengan memuat nama Sultan Ala'uddin, Sultan Mansur Malik az-Zahir, Sultan Abdullah yang memerintah di abad 13-15 M.
Ketika pengaruh Portugis mulai kuat, peran Pasai berkurang maka muncullah Banda Aceh sebagai pusat kerajaan dengan sultan pertamanya Ali Mughayat Syah(1530). Kota ini mengalami puncaknya kejayaannya di era Sultan Iskandar Muda. Di era itu terdapat 7.000-8.000 rumah. Saat perang, sultan mampu menghimpun 40.000 tentara.
Pertumbuhan Pasai dan Banda Aceh menyebabkan tumbuhnya daerah-daerah sepanjang selat Malaka, seperti Pedir, Aru, dan Malaka karena sebab perdagangan dan pelayaran. Saat Malaka masih menjadi pusat muslim, pedagang-pedagang bertempat tinggal di kampung Ilir dan Upih. Di daerah ini banyak ditemukan pedagang dari Jawa pula
Begitu pentingnya kota Malaka, Portugis dan Belanda ingin menguasai kota ini. Akhirnya pada 1511, Malaka jatuh ke Portugis. Ini tidak dikehendaki oleh Demak dan kerajaan Islam lainnya. Dipati Unus dari Raja Jawa dan raja Aceh selalu berusaha merebutnya, apalagi sejak era kekuasaan Iskandar Muda.
Palembang sejak dulu sudah diduga sebagai pusat kota Sriwijaya. Sejak abad 16 M, Palembang menjadi kota bercorak Islam,dengan penduduk 10.000. Kota yang mulai tumbuh pada abad 16 M adalah Jambi dan Pariaman.
Sumber:
Pertumbuhan dan Perkembangan, Kota-kota Muslim di Indonesia, Uka Tjandrasasmita mencatat, Menara kudus.
0 komentar: