Penamaan dan Asul Usul Komunitas Jawi di Mekkah
Sejak Kesultanan Aceh berdiri, di abad ke-17 M, hubungan Nusantara dengan Timur Tengah, terutama Mekkah, semakin kuat. Peran Mekkah bukan saja memberikan "pengesahan" gelar Sultan di Nusantara dan pergi haji, tetapi telah menjadi pusat keilmuan yang mempengaruhi dan membentuk ilmu-ilmu keislaman.
Hubungan keilmuan ini dibuktikan dengan terbentuknya jaringan ulama antara ulama Nusantara dengan Timur Tengah. Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad 17-18 merangkai seluruh jaringan ulama Timur Tengah yang terkoneksi intelektual dengan ulama Nusantara yang saat itu belajar di Timur Tengah.
Ulama Nusantara yang dipaparkan oleh Azyumardi Azra adalah Ar Raniri (w 1608), Abdurrauf Singkili (1615-1693), dan Yusuf Al Makasari (1627-1699). Syeikh Abdul Samad Palimbani (1704-1825) dan Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari, walaupun tidak dibuat diagram koneksi intelektualnya, namun dijelaskan peranannya di Nusantara.
Mereka membentuk "Lingkaran Komunitas Jawi" dengan ulama yang mengajarnya dan kemudian bertanggungjawab merancang pembentukan pemikiran Islam yang berkembang di Mekkah masa itu, neosufisme, ke Nusantara. Dari jaringan inilah, para pencari ilmu dari Nusantara di madrasah di lingkungan Komunitas Jawi.
Yang belajar di komunitas ini tidak saja berasal dari Jawa tetapi seluruh pulau-pulau di Nusantara. Yang terkenal seperti Muhammad Arsyad, Addush Shamad dan Ahmad Khatib justru bukan dari Jawa. Mengapa disebut Komunitas Jawa?
Nusantara merupakan negri maritim yang disatukan oleh laut. Setiap pulau memiliki laut dan selat, namun saling terkoneksi dan membentuk sistem bahari (sea system). Seluruh lautan dan selat di Nusantara terkoneksi ke Laut Jawa. Laut Jawa menjadi pusat interkoneksi. Jadi penamaan Komunitas Jawi bukan di lihat dari pulaunya tetapi lautnya.
Mengapa cendrung dari nama lautnya? Karena di luar pulau Jawa masih banyak pulau-pulau yang lebih besar. Kerajaannya pun tersebar di setiap pulau.
Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U Media
Islam dalam Arus Sejarah Nusantara, Jajat Burhanuddin, Kencana
100 ulama Nusantara di Tanah Suci, Maulana La Esa, Aqwam
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara abad 17-18, Azyumardi Azra, Kencana
0 komentar: