Mimpi Azan Umar ibn Khathab Penegasan Keunggulan Muslimin di Madinah
Umat Islam hidup di Madinah dengan tenang. Mereka menjalankan shalat tanpa rasa takut. Mereka akan berkumpul untuk melaksanakan shalat jika waktunya tiba, tanpa tanda panggilan shalat. Rasulullah ingin menggunakan terompet seperti orang Yahudi untuk memanggil kaum muslim. beliau tidak menyukai terompet. Lalu ada yang mengusulkan lonceng sebagai penanda tiba waktu shalat sebagaimana orang Nasrani. Untuk membuat lonceng itu, Umar diberi tugas membeli kayu. Saat itu Umar sedang tidur di rumahnya. Setelah bangun dan tahu tentang rencana lonceng itu, ia berkata, "Jangan gunakan lonceng, tetapi untuk shalat serukan adzan
Esoknya, Umar pergi menemui Rasulullah memberi tahukan mimpinya. "Ya Rasulullah, semalam aku seperti bermimpi tentang laki-laki berpakaian hijau lewat di depanku membawa lonceng. Aku bertanya kepadanya, 'Hai hamba Allah, apakah lonceng itu akan kaujual?" Orang itu balik bertanya, 'Memangnya ingin kaugunakan untuk apa? Sebagai panggilan shalat,' jawabku. 'Maukah aku tunjukkan yang lebih baik daripada itu?" tanyanya lagi. Kemudian, ia menyebutkan kepadaku lafal adzan
Rasulullah lalu menyuruh Bilal dan ia menyerukan adzan dengan lafal tersebut. Umar di rumahnya mendengar suara adzan itu, ia keluar menemui Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, demi Yang Mengutus Anda dengan sebenarnya, aku bermimpi seperti itu."
Sejak saat itu, suara adzan bergema di Madinah setiap hari lima kali, dan menjadi semacam penegasan bahwa kaum muslim kini telah unggul.
Sumber:
The Great of Two Umars, Fuad Abdurahman, Zaman
0 komentar: